
Puisi Gol A Gong
SAPU LIDI
Di setiap rumah ada sapu lidi
semua berebut membersihkan diri
satu lepas, semua mengumpulkan
mengikatnya kembali
kuatkuat.
Setiap sapu lidi anak-anak masa depan
mereka tak boleh bercerai-berai
aku mengajari mereka waspada tiga hal
: tahta, harta, wanita.
Satu lidi milikku telah dirampas tahta
satu persatu menghamba hina pada yang lainnya
aku tak punya hak lagi mengikatnya
mereka telah menentukan pilihan.
Sapu lidi ada di mana-mana
kuharap semua mengikat erat talinya
*) Tanah Abang, 12/4/2013


Puisi “Sapu Lidi” karya Gol A Gong ini sarat makna dan simbolisme yang dalam, ya. Menggunakan sapu lidi sebagai metafora, beliau menggambarkan tentang persatuan, nilai, dan tantangan dalam membina generasi muda.
Analisis & Interpretasi Puisi “Sapu Lidi” – Gol A Gong
1. Simbolisme “Sapu Lidi”
Sapu lidi adalah simbol persatuan. Satu lidi tak berarti banyak, tapi ketika diikat bersama, ia menjadi alat pembersih yang kuat.
Maknanya dalam konteks sosial: manusia atau generasi muda (anak-anak masa depan) harus bersatu untuk bisa menjadi kuat dan berguna.
2. Konflik & Nilai Hidup
Gol A Gong menyebutkan tiga hal yang harus diwaspadai:
tahta, harta, wanita – ini adalah godaan kekuasaan, materi, dan nafsu. Tiga hal ini seringkali menjadi penyebab keretakan dalam persatuan dan hilangnya integritas.
3. Rasa Kehilangan dan Ketidakberdayaan
Penyair mengungkapkan bahwa “satu lidi milikku telah dirampas tahta”, menunjukkan bahwa seseorang yang ia bimbing atau sayangi telah memilih jalan kekuasaan, dan berujung menjauh atau menjadi bagian dari sistem yang tak ia setujui.
Di sinilah muncul perasaan tak lagi punya kuasa untuk “mengikat kembali”.
4. Harapan di Ujung Puisi
Meski banyak hal menyakitkan terjadi, puisi ditutup dengan harapan:
“Sapu lidi ada di mana-mana
kuharap semua mengikat erat talinya”
Artinya: selama masih ada harapan dan kesadaran, persatuan tetap bisa dicapai.
Tim GoKreaf/ChatGPT

REDAKSI: Tim Redaksi golagongkreatif.com sengaja berdialog dengan ChatGPT tentang puisi-puisi Gol A Gong. Kita akan melihat sejauh mana kecedasan buatan ini merespon puisi-puisi Gol A Gong. Supaya tidak salah paham, puisi-puisinya ditulis asli oleh Gol A Gong. Kebanyakan puisi-puisi lama. Semoga metode adaptasi dengan kecerdasan buatan ini membuka wawasan berpikir kita tentang isi hati penyair. Selebihnya, kita tertawa bahagia saja, ya.



