
Memilih latar tempat dalam menulis novel itu seperti menentukan panggung utama untuk drama besar yang akan dimainkan tokoh-tokohmu. Tempat bukan sekadar “di mana,” tapi bisa memperkuat tema, menciptakan suasana, bahkan membentuk karakter. Berikut ini hal-hal yang perlu kamu perhatikan saat memilih latar tempat untuk novel:
1. Relevansi dengan Cerita
Pastikan tempat yang kamu pilih punya hubungan erat dengan konflik utama, tema, atau karakter. Misalnya:
- Cerita tentang isolasi cocok di pulau terpencil.
- Kisah kejar ambisi cocok di kota metropolitan yang hiruk pikuk.
- Contoh:
Novel bertema pemberontakan remaja terhadap budaya konservatif.
📍Latar: Sebuah kota kecil religius di pesisir Sumatra Barat.
➡ Kota ini merepresentasikan tekanan adat dan nilai tradisional yang ingin dilawan tokoh utama. - Tema: Pemberontakan terhadap budaya konservatif
- 📍Latar: Kota kecil religius di pesisir Sumatra Barat
- Kalimat:
- “Menjelang magrib, suara azan bersahutan dari empat arah. Di kota ini, langkah kaki gadis remaja yang mengenakan jeans robek dan rambut diwarnai adalah berita besar, lebih besar daripada harga cabai naik.”

2. Mendukung Karakter
Tempat bisa mencerminkan kepribadian atau latar belakang tokohmu:
- Seorang tokoh yang tertutup bisa tinggal di desa yang tenang dan jauh dari keramaian.
- Tokoh yang keras kepala dan pemberontak bisa tumbuh di kota yang penuh tekanan sosial atau sistem otoriter.
- Contoh:
Tokoh utama adalah perempuan introvert yang suka melukis dan merenung.
📍Latar: Sebuah rumah tua di lereng pegunungan Dieng, berkabut dan sepi.
➡ Tempat ini mencerminkan dunia batin tokoh yang penuh imajinasi dan kesendirian. - Mendukung Karakter
- Tokoh: Perempuan introvert dan seniman
- 📍Latar: Rumah tua di pegunungan Dieng
- Kalimat:
- “Di balik jendela berembun rumah tuanya, Rana menatap lembah yang diselimuti kabut—seolah dunia pun ikut diam, seperti dirinya.”

3. Kekayaan Detail
Pilih tempat yang bisa kamu deskripsikan dengan kuat dan detail:
- Kalau tempatnya nyata, pastikan kamu punya pengetahuan cukup (bisa lewat riset atau pengalaman pribadi).
- Kalau tempatnya fiktif, kamu harus bisa membangun dunia itu dengan logis dan konsisten (world building).
- Contoh:
Kamu menulis cerita misteri di lingkungan pesantren.
📍Latar: Sebuah pesantren tua di Jawa Timur yang pernah kamu kunjungi.
➡ Karena kamu mengenalnya, kamu bisa mendeskripsikan aroma karbol di lantai, suara kentongan sahur, hingga gemerisik pohon jati saat malam. - 3. Kekayaan Detail
- Genre: Misteri di pesantren
- 📍Latar: Pesantren tua di Jawa Timur
- Kalimat:
- “Lantai ubin dingin berbau karbol, mushaf-mushaf tua berjajar di rak kayu gelap, dan suara kentongan dini hari membuat Arman merasa seakan waktu di tempat ini berjalan lambat dan penuh rahasia.”

4. Konflik atau Potensi Drama
Latar tempat yang baik bisa jadi sumber konflik atau ketegangan:
- Daerah rawan bencana → ancaman terus-menerus.
- Kota dengan kelas sosial yang timpang → konflik antarkarakter dari latar berbeda.
- Contoh:
Ceritanya tentang dua keluarga yang bersaing keras dalam bisnis tambang.
📍Latar: Sebuah kota kecil di Kalimantan yang dikuasai perusahaan tambang.
➡ Latar ini membuka ruang konflik—dari perebutan lahan, pencemaran lingkungan, hingga pengkhianatan antar keluarga. - Tema: Perebutan lahan tambang
- 📍Latar: Kota tambang di pedalaman Kalimantan
- Kalimat:
- “Kabut debu menyelimuti jalanan, dan tiap rumah punya dua wajah: satu untuk keluarga, satu untuk tamu dari perusahaan tambang yang datang membawa amplop tebal.”

5. Simbolisme dan Nuansa
Tempat bisa menyimpan makna simbolik:
- Gunung bisa melambangkan perjuangan atau kesendirian.
- Hutan bisa menyiratkan bahaya atau misteri.
- Sekolah tua bisa menghadirkan nostalgia atau horor.
- Contoh:
- Ceritamu tentang perjalanan batin seseorang yang kehilangan arah hidup.
- 📍Latar: Sebuah padang pasir luas di Nusa Tenggara.
- ➡ Padang pasir bisa jadi simbol kekosongan batin, pencarian, dan ujian spiritual.
- Tema: Pencarian makna hidup
- 📍Latar: Padang pasir Nusa Tenggara
- Kalimat:
- “Tak ada bayangan, tak ada pohon, hanya pasir yang terus berganti bentuk ditiup angin—seperti pikirannya sendiri yang tak pernah tenang sejak kepergian Ayah.”

6. Perkembangan Cerita
Pilih latar yang memungkinkan perubahan:
- Dari kampung ke kota (proses transisi karakter).
- Dari zona nyaman ke wilayah konflik (tantangan atau pertumbuhan tokoh).
- Contoh:
Tokoh utama awalnya hidup nyaman di desa, tapi harus pindah karena kuliah.
📍Latar awal: Desa tenang di Bali Utara.
📍Latar lanjutan: Kota Jakarta yang padat dan penuh tekanan.
➡ Perubahan tempat mencerminkan perubahan hidup dan konflik batin yang berkembang seiring - Alur: Dari desa ke kota
- 📍Latar awal: Desa di Bali Utara
- 📍Latar lanjut: Kota Jakarta
- Kalimat:
- “Dulu, pagi-pagi ia bangun oleh suara ayam dan deru sungai; kini ia terjaga oleh klakson bersahut-sahutan dan pengumuman KRL yang tak pernah sabar.”

7. Konsistensi dan Logika
Kalau kamu menulis cerita dengan beberapa latar, pastikan transisinya masuk akal dan tidak membingungkan pembaca. Jangan tiba-tiba karakter bisa “melompat” dari Jakarta ke Tokyo tanpa penjelasan.
Contoh:
Cerita thriller yang melibatkan kejar-kejaran antar negara.
📍Latar: Jakarta → Kuala Lumpur → Bangkok → Myanmar.
➡ Penulis menjelaskan logika perjalanan: naik pesawat, diselundupkan lewat perbatasan, menghindari imigrasi, dll—jadi pembaca tidak bingung bagaimana tokohnya bisa berpindah tempat secara realistis.



Genre: Thriller lintas negara
📍Latar: Jakarta → Kuala Lumpur → Bangkok → Myanmar
Kalimat:
“Dari Terminal 3 Soekarno-Hatta, ia naik maskapai murah menuju Kuala Lumpur, lalu menyelinap ke truk pengangkut barang yang membawanya hingga ke tepi Sungai Mekong di perbatasan Thailand-Myanmar.”
Nah, selamat mencoba, ya.
Tim GoKreaf/ChatGPT

