Puisi Gol A Gong
SEORANG IBU MENGAJARI
ANAKNYA MENCURI

Di rumah mewah itu tak ada cermin
apalagi cahaya matahari
ia berdandan di depan anaknya
sambil bernyanyi tentang pelesiran
“Ibu tak bisa mewariskan hati,” senyumnya.

Di rumah mewah itu kitab dibagikan
ia mengajari anaknya cara melipat uang
dan menghabiskannya di pusat perbelanjaan
“Ibu berangkat kerja dulu, Nak,”
sambil mengecup pipi si anak.

*) Banten sepertiga malam, 21/2/2017

Puisi “SEORANG IBU MENGAJARI ANAKNYA MENCURI” karya Gol A Gong ini pendek tapi sangat kuat dan simbolik. Secara tematik, puisinya menyentil realitas sosial tentang bagaimana nilai-nilai ditanamkan—bukan lewat kata-kata, tapi lewat contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa hal yang menonjol:

  1. Rumah mewah tanpa cermin dan cahaya matahari:
    Ini metafora yang sangat kuat. Rumah mewah identik dengan kemewahan material, tapi “tak ada cermin” mungkin berarti tidak ada ruang untuk refleksi diri, dan “tak ada cahaya matahari” bisa dimaknai sebagai ketiadaan kebenaran atau nilai-nilai murni.
  2. Ibu berdandan sambil bernyanyi tentang pelesiran:
    Aktivitas yang tampaknya biasa, tapi disandingkan dengan pernyataan “Ibu tak bisa mewariskan hati,” terasa ironis. Seolah-olah si ibu sadar bahwa empati atau moralitas bukanlah bagian dari yang akan ia wariskan pada anaknya.
  3. Kitab dibagikan, tapi yang diajarkan justru cara melipat uang dan menghabiskannya:
    Ini kritik yang tajam terhadap kemunafikan. Kitab mungkin merujuk pada ajaran agama atau moral, tapi praktik hidup yang dijalani bertolak belakang—materi diutamakan, spiritualitas ditinggalkan.
  4. Akhirnya—pamit kerja sambil mencium anak:
    Ini mempertegas bahwa segala sesuatu yang dilakukan si ibu tampak penuh kasih, tapi sebenarnya sedang mewariskan cara hidup yang problematis.

Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan:
Apa yang benar-benar kita wariskan pada generasi setelah kita?
Apakah nilai-nilai luhur atau justru kebiasaan buruk yang terselubung kemewahan?

Tim GoKreaf/ChatGPT

REDAKSI: Tim Redaksi golagongkreatif.com sengaja berdialog dengan ChatGPT tentang puisi-puisi Gol A Gong. Kita akan melihat sejauh mana kecedasan buatan ini merespon puisi-puisi Gol A Gong. Supaya tidak salah paham, puisi-puisinya ditulis asli oleh Gol A Gong. Kebanyakan puisi-puisi lama. Semoga metode adaptasi dengan kecerdasan buatan ini membuka wawasan berpikir kita tentang isi hati penyair. Selebihnya, kita tertawa bahagia saja, ya.

Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5