
Oleh: Naufal Nabilludin
Minggu-minggu setelah Lebaran 2025 dipenuhi dengan antrean panjang di berbagai butik emas milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Banyak masyarakat memanfaatkan momen pasca-THR untuk mengamankan aset mereka dalam bentuk logam mulia. Fenomena ini menjadi bukti nyata meningkatnya minat terhadap emas di tengah situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian.
Seperti dilaporkan CNBC Indonesia pada Minggu (6/4/2025), gerai Logam Mulia Antam di Pondok Indah Mall diserbu oleh para pembeli. Mayoritas dari mereka mengaku membelanjakan Tunjangan Hari Raya (THR) untuk membeli emas batangan sebagai bentuk investasi. Masih dari laporan yang sama, kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi global menjadi alasan utama. Banyak masyarakat percaya bahwa harga emas akan terus naik, bahkan diperkirakan menembus Rp2 juta per gram dalam waktu dekat.

Fenomena serupa terjadi di butik emas Antam Pulogadung, Jakarta Timur, yang dilaporkan oleh detikFinance pada Kamis (10/4/2025). Menurut pantauan langsung media tersebut, pengunjung sudah mulai berdatangan sejak pukul 07.40 WIB. Mereka mendaftar di pos keamanan dan menunjukkan KTP untuk mendapatkan nomor antrean pembelian emas. Antrean kendaraan pun terlihat mengular di area masuk, dengan mobil, motor, hingga ojek online memenuhi kawasan tersebut.
Semakin siang, jumlah pengunjung terus bertambah. Sekitar pukul 09.00 WIB, area dalam butik mulai dipadati pembeli yang sedang melakukan transaksi, sementara di luar butik, antrean belum kunjung surut.
“Jumlah masyarakat yang ingin membeli logam mulia terus berdatangan. Namun hanya sedikit yang keluar,” tulis detikFinance, menggambarkan betapa tingginya animo terhadap emas dalam beberapa hari terakhir.
Menanggapi fenomena ini, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menjelaskan bahwa lonjakan minat terhadap emas mencerminkan kecemasan masyarakat terhadap kondisi ekonomi global dan domestik. Dalam wawancaranya dengan Warta Ekonomi (7/4/2025), Bhima mengatakan,
“Masyarakat cenderung berburu emas, bahkan antreannya panjang sekali. Alasan pertama tentunya situasi ekonomi sekarang memang cenderung memburuk, baik secara global karena adanya tarif dari Amerika, juga dari permintaan global dan perdagangan global yang turun.”
Ia juga menyoroti ancaman resesi Amerika Serikat yang saat ini probabilitasnya mencapai 60%, sebagai pemicu utama keresahan pasar. Tak hanya itu, ketidakpastian dalam negeri seperti gelombang PHK, pelemahan daya beli, dan dampak kebijakan seperti Undang-Undang TNI semakin memperkuat kekhawatiran masyarakat.
“IHSG sempat trading halt, dihentikan sementara, jadi mereka berburu emas yang dianggap aset yang aman,” tambah Bhima.
Kenaikan harga emas juga turut menjadi faktor penarik. Masih menurut Bhima, harga emas yang pada akhir 2023 berada di kisaran Rp1,1 juta per gram, kini telah menyentuh hampir Rp1,8 juta dan mendekati Rp2 juta per gram.
“Artinya signifikan sekali kenaikan harga emasnya, yang menandingi imbal hasil dari instrumen keuangan lainnya,” jelasnya.
Fenomena antre emas pasca-Lebaran ini bukan hanya sekadar tren musiman. Ia menunjukkan bahwa emas kembali diposisikan oleh masyarakat sebagai alat lindung nilai utama di tengah ketidakpastian ekonomi.
Ketika pasar saham bergejolak dan inflasi mengancam, emas tetap tampil sebagai aset yang menawarkan rasa aman dan stabilitas jangka panjang.
