
Oleh: Zaeni Boli
Ya, nilai-nilai kejujuran hari ini di tengah masyarakat kian memudar. Dunia telah mempertontonkan itu. Kejahatan tak habis-habis, tingkah laku buruk yang dinormalisasi semakin terbuka dan dianggap wajar.
Tak ada lagi keteladanan; figur publik tak sekali dua kali berbuat yang tidak baik. Orang tua pun kerap kesulitan menjadi dewasa, sementara anak-anak dikepung kebodohan tanpa tahu bahwa mereka sedang tersesat.

Lalu, apakah bangku pendidikan bisa menjamin perubahan itu? Pertanyaan ini tak bisa langsung dijawab, karena butuh komitmen bersama. Pendidikan karakter adalah tanggung jawab bersama—bukan hanya guru di sekolah, tetapi juga orang tua dan masyarakat.
Nilai-nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari perlu dicontohkan oleh orang dewasa agar anak-anak terbiasa dan mampu meneladani sikap baik tersebut. Nilai-nilai luhur keagamaan juga perlu terus diwartakan sebagai pedoman hidup, agar anak-anak tak tersesat jauh dalam ketidaktahuan.

Maka, pembelajaran agama adalah hal yang wajib ada di sekolah-sekolah, dan implementasinya harus nyata dalam kehidupan sehari-hari—bukan hanya sebatas teori. Seperti saat momen ujian di sekolah, kebiasaan-kebiasaan buruk mesti dihindari: mencontek, datang terlambat, serta sikap-sikap tidak baik lainnya.
Jika anak-anak menjadi pribadi yang patuh dan tertib, maka kenyamanan lingkungan sekolah akan terjaga. Seperti hari ini, 11 April 2025, yang terlihat di SMK Sura Dewa pada momen Ujian Akhir Sekolah untuk kelas 12 pada mata pelajaran agama.
Anak-anak tampak tertib dan tenang dalam mengerjakan ujian sekolah ini. Semoga mereka semua menjadi pribadi-pribadi yang baik dan berguna bagi nusa dan bangsa kelak.

