Oleh: Fauzi

Pernahkah kalian menyadari bahwa tubuh manusia sebenarnya tidak sepenuhnya terdiri dari sel-sel manusia? Di dalam dan di luar tubuh kita, terdapat ekosistem kehidupan lainnya, yaitu mikroba. Mikroba ini meliputi virus, bakteri, jamur, arkea, dan bahkan kutu, yang selalu hadir di kulit kita dan di dalam sistem tubuh kita.

Saya tanpa sengaja menonton sebuah video di YouTube berjudul “Kita Adalah 10% Manusia, 90% Mikroba”. Rasa penasaran dan keingintahuan yang tinggi mendorong saya untuk menyaksikannya hingga selesai, meskipun durasinya mencapai 47 menit.

Dalam video tersebut dijelaskan bahwa tubuh manusia dapat dibandingkan dengan sebuah planet, seperti Bumi, yang dipenuhi oleh berbagai makhluk hidup. Begitu pula, di dalam tubuh manusia terdapat triliunan mikroba, jumlahnya hampir setara dengan populasi manusia di planet Bumi, yang saat ini mencapai 8,16 miliar berdasarkan data terbaru dari (databoks).

ketika kita melihat diri kita di cermin, yang tampak adalah sosok manusia utuh dengan kulit, otot, mata, dan pikiran yang sadar. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa tubuh kita mungkin tidak sepenuhnya “manusia”? Fakta ilmiah yang mengejutkan mengungkapkan bahwa sebagian besar dari kita, bila dihitung berdasarkan jumlah sel dan gen, sebenarnya terdiri dari makhluk mikroskopik: mikroba.

Tubuh manusia dapat diibaratkan sebagai sebuah planet mini yang dihuni oleh berbagai bentuk kehidupan mikro, seperti bakteri, virus, arkea, jamur, dan mikroorganisme lainnya. Komunitas ini dikenal sebagai mikrobioma, yang tersebar di seluruh tubuh kita, mulai dari kulit, rongga mulut, saluran pernapasan, hingga alat kelamin, dengan konsentrasi tertinggi berada di usus besar.

Di dalam usus, jumlah mikroba dapat mencapai angka yang mencengangkan, yaitu sekitar 100 triliun organisme, dengan total berat sekitar 1–2 kg. Hal ini menjadikan mikrobioma sebagai “organ” tidak resmi yang memiliki peran yang sangat penting bagi kesehatan kita.

Yang lebih mengejutkan, genetik mikroba jauh lebih banyak dibandingkan genetik manusia. Sementara manusia hanya memiliki sekitar 20. 000 gen, mikrobioma dapat menyumbangkan lebih dari 2 juta gen unik. Secara fungsional, mikroba ini memengaruhi berbagai aspek tubuh kita lebih dari yang kita sadari.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika para ilmuwan menyebut manusia sebagai “superorganisme”—sebuah gabungan antara sel manusia dan mikroba yang hidup bersimbiosis di dalamnya.
Dan yang menarik, bukan hanya mikroba yang hidup bersama kita, tetapi juga hewan, seperti kutu.

Kutu ini berkoloni di area kepala manusia, yang dikenal dengan nama kutu rambut. Kutu rambut adalah serangga kecil tak bersayap yang menghuni kulit kepala dan menghisap darah untuk bertahan hidup. Dengan ukuran yang sangat kecil, sekitar 2–3 mm, mereka berwarna abu-abu atau cokelat.

Meskipun tidak menimbulkan penyakit berbahaya, keberadaan kutu ini bisa sangat mengganggu karena menyebabkan rasa gatal yang hebat di kepala.

Peran mikroba dalam hidup kita?

Meskipun terdapat banyak mikroba yang hidup di luar dan dalam tubuh manusia, tidak semuanya berbahaya. Menurut para ilmuwan, sebagian besar mikroba tersebut justru memiliki manfaat bagi tubuh dan kulit kita.

Mereka berperan dalam memecah sel-sel kulit mati dan kulit kering, membantu menyaring proses pencernaan di usus, serta memperkuat sistem imun untuk melawan bakteri jahat dan sel-sel yang telah rusak. Dengan demikian, keberadaan mikroba ini dapat membantu mencegah terjadinya infeksi dalam tubuh manusia.

Oleh karena itu, sebagai manusia yang berakal, tidak ada salahnya jika kita berupaya untuk membantu dan memberikan asupan makanan yang sehat. Nutrisi yang baik akan mendukung kesehatan mikroba yang tinggal di dalam tubuh kita, yang jumlahnya mencapai triliunan. Berikut beberapa langkah yang bisa kita lakukan:

  1. Konsumsi makanan tinggi serat, seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.
  2. Batasi asupan gula serta makanan olahan.
  3. Hindari penggunaan antibiotik tanpa resep dokter.

Dengan langkah-langkah ini, kita dapat berkontribusi pada kesehatan tubuh serta keseimbangan mikroba di dalamnya.

Akhirnya, pertanyaan “siapa kita sebenarnya? ” menjadi lebih menarik daripada sekadar definisi biologis. Kita bukan hanya sekumpulan sel manusia, melainkan kolaborasi yang kompleks antara tubuh kita dan triliunan mikroorganisme.

Meskipun mereka mungkin tak terlihat, pengaruhnya sangat nyata. Mereka bukan sekadar penumpang, tetapi bagian integral dari diri kita.

Jadi, kita hanya 10% manusia, dengan 90% mikroba. Pantaskah kita di sebut manusia yang yang seutuhnya, di nilai sendiri ya teman-teman.

Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5