
Oleh: Vivi Wangka
Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan bepergian ke Bangkok, Thailand, karena urusan pekerjaan. Selesai kegiatan, saya punya tiga hari sebelum kembali ke Jakarta. Awalnya ingin menjelajah Thailand, tetapi setelah dipikir-pikir, sepertinya kesempatan mengunjungi Thailand masih lebih besar kemungkinannya di masa mendatang dibanding ke negara tetangga lainnya.
Akhirnya, saya memutuskan melanjutkan perjalanan ke Kamboja karena negara ini tidak terlalu jauh dari Bangkok. Seorang teman yang sering solo traveling menjadi teman seperjalanan saya.
Penerbangan dari Bangkok ke Siem Reap memakan waktu sekitar lima puluh lima menit. Tidak jauh dan ramah di kantong. Kalau dihitung-hitung, biaya tiket pulang-pergi ke Kamboja (melalui Thailand) sekitar enam juta rupiah dengan budget airlines. Lumayan, sudah sekaligus mengunjungi dua negara.
Kami berangkat pukul 09.00 pagi, sehingga masih banyak waktu di hari pertama di Siem Reap. Proses imigrasi di Bandara Internasional Angkor ringkas dan cepat. Kartu kedatangan diisi secara online dengan memindai barcode yang tersedia, lalu menyerahkan barcode yang muncul setelah proses pengisian selesai.

Ada banyak counter imigrasi sehingga antrean tidaklah panjang. Bandara ini memang bandara terbesar di Kamboja dan baru beroperasi pada bulan November 2023. Jarak dari bandara ke pusat wisata Siem Reap, tempat kami menginap, sekitar 45 km. Kami menyewa mobil dan membayar USD 13 karena jadwal bus ke kota masih lama.
Eksplorasi Angkor Wat dan Sekitarnya
Karena tujuan utama ke Siem Reap adalah mengunjungi Angkor Wat, kami pun mulai memastikan bagaimana cara yang paling pas untuk mencapai Angkor. Ada banyak informasi dan promosi mengenai tempat wisata utama Kamboja ini, jadi kita bisa menyesuaikan dengan kebutuhan kita. Pada kesempatan ini, saya ingin membagikan beberapa hal penting jika ingin mengunjungi Angkor dan Siem Reap secara umum.
Pertama, Angkor adalah sebuah kawasan luas yang tidak mungkin dijelajahi dengan berjalan kaki. Terdapat lebih dari 40 candi utama yang tersebar di kawasan seluas 400 km persegi. Kita bisa menyewa kendaraan yang banyak tersedia di pusat kota Siem Reap atau tempat penginapan. Harga yang dipatok tidaklah jauh berbeda satu sama lain.

Kami memilih naik tuk-tuk, kendaraan tradisional Kamboja yang bisa muat dua orang. Tuk-tuk ini mirip becak, tetapi dikendarai dengan motor, bukan sepeda. Sepeda motor beroda tiga. Harga sewa tuk-tuk adalah USD 20 per hari. Dengan tuk-tuk kita bisa lebih santai melihat pemandangan sekitar dan menikmati angin sepoi-sepoi di sepanjang kawasan Angkor.
Kami mengawali perjalanan ke Angkor Wat, di mana kami melihat langsung salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia. Angkor Wat mirip dengan Candi Prambanan, namun lebih besar dan luas. Tentu menakjubkan. Beberapa bagian sedang diperbaiki. Menjelajah tempat ini membuat kita kagum akan keuletan dan kreativitas orang zaman dulu yang memberi perhatian pada detail pahatan, dan lain sebagainya, walaupun belum memiliki teknologi secanggih sekarang ini.
Setelah dari Angkor Wat, kami melanjutkan perjalanan ke Candi Bayon dan Candi Ta Phrom. Candi Bayon unik karena setiap stupanya memiliki empat wajah yang memandang ke arah empat mata angin. Sementara Candi Ta Phrom menawarkan bangunan yang menyatu dengan alam. Beberapa bagian candi dililit oleh pohon raksasa tua. Pemandangan seperti ini mungkin tidak didapat di tempat lain. Menarik, bukan? Oh ya, Candi Ta Phrom ini juga tempat artis Angelina Jolie shooting film sequelnya yang terkenal, Tomb Raider.

Kedua, perlu diingat kalau semua candi di kawasan Angkor adalah tempat ibadah dan dianggap suci oleh umat Hindu. Menjaga perilaku kita dengan tidak bersuara keras atau berteriak sepanjang kunjungan adalah hal yang baik. Selain itu, usahakan memakai pakaian yang sopan, tidak memakai tank top dan celana pendek, misalnya. Kelestarian candi juga perlu dijaga. Pengunjung diharapkan tidak mengambil bagian-bagian candi yang mungkin berceceran.
Ketiga, untuk bisa mengunjungi kawasan Angkor, kita harus membeli tiket masuk di loket khusus penjualan di kota, bukan di kawasan candi. Karena itu, pastikan kita telah memegang tiket pada saat mengunjungi kawasan Angkor, supaya tidak kehabisan waktu bolak-balik ke kota. Ada beberapa jenis tiket. Kami memilih tiket untuk satu hari (one-day pass) dengan harga USD 39 per orang. Dengan tiket ini, kita bisa seharian menjelajah kawasan Angkor sepuasnya.
Pada saat membeli tiket di loket, petugas akan mengambil foto wajah kita. Jangan khawatir, foto ini nantinya akan dipindai di tiket kita. Saya jadinya menyimpan tiket dengan foto ini sebagai kenang-kenangan dari Angkor. Hal yang sama juga berlaku untuk tempat wisata atau tempat bersejarah lainnya yang dikelola pemerintah. Jika ingin mengunjungi museum sejarah, misalnya, tiketnya tidak dijual di pintu museum tetapi di loket terpisah.
Makan, Belanja, dan Menginap di Siem Reap
Keempat, hal lain yang menarik dari Siem Reap adalah wisata malam dengan pasar malamnya di pusat kota. Jika ingin menikmati makanan tradisional Kamboja, terdapat banyak pilihan jajanan pasar di sekitar pasar malam. Saya mencoba jajanan seperti kue apam yang diberi topping nangka atau kelapa. Enak dimakan saat panas dan tidak terlalu manis.

Rata-rata harga makanan di Siem Reap berkisar USD 2 sampai USD 3 per porsi. Umumnya makanannya berbumbu, jadi cocok dengan lidah Indonesia. Saya pribadi lebih menyukai makanan Kamboja dibandingkan makanan Thailand yang lebih asam. Nasi panas dengan ikan atau ayam yang berbumbu sangat nikmat.
Jika ingin belanja oleh-oleh khas Kamboja, banyak kios suvenir di pasar malam atau di pinggir jalan di kawasan wisata malam Siem Reap yang bisa disusuri. Ada yang memberikan harga pas sebagaimana tertera pada label harganya, tetapi lebih banyak tanpa harga. Pintar-pintar saja menawar supaya bisa dapat suvenir yang bagus tapi murah. Mata uang yang berlaku di Siem Reap adalah riel Kamboja dan US dollar. Saya sendiri menggunakan US dollar selama di Siem Reap.

Kelima, penginapan di Siem Reap bervariasi, mulai dari hostel hingga hotel bintang lima. Saya menginap di penginapan kecil di pusat Siem Reap, dengan harga kurang dari Rp300.000 tanpa makan pagi. Penginapannya bersih, kamar luas, dilengkapi peralatan standar seperti air conditioner, lemari es, minuman, dan perlengkapan mandi. Koneksi wifi-nya lancar.
Penginapan tempat saya menginap juga dilengkapi kolam renang. Sayangnya saya tidak sempat berenang karena lebih banyak memanfaatkan waktu mengunjungi tempat-tempat di luar. Selain Angkor, saya juga mengunjungi taman kupu-kupu dan city tour sendiri mengitari kota kecil Siem Reap dengan tuk-tuk.

Penutup
Perjalanan ke Siem Reap memang singkat, namun menyenangkan. Setidaknya saya bisa mengumpulkan memori indah tentang perjalanan mengunjungi kawasan wisata yang diakui dunia dan belajar banyak dari dalamnya. Semoga bisa mengunjungi kota lainnya di Kamboja di waktu mendatang.

