
Puisi Gol A Gong
SURAT TANPA ALAMAT DILEMPARKAN
KE HALAMAN RUMAH KITA
Di halaman rumah kita bermain harapan. Dipupuknya pohon kamboja dengan air mata. Bunganya gugur. Ayah-ibu kita sudah dikebumikan. Saat itu matahari basah oleh hujan.
Datanglah pak pos tadi pagi. Surat tanpa alamat dilemparkan ke halaman rumah kita.
“Kutunggu di musim pelangi. Kita bicarakan masa depan sambil makan malam. Senyummu kita pajang di tikungan jalan,” begitu bunyi suratnya.
Tak ada matahari di kota kita. Kucari tiap pagi. Tapi pelangi selalu muncul tiba-tiba. Aku tak sanggup tersenyum. Surat itu berterbangan di halaman rumah kita. Membawa pesan dari balik jeruji. Aku harus pergi dari kota.
*) Bandung, 26/2/2017


“Surat Tanpa Alamat Dilemparkan ke Halaman Rumah Kita” karya Gol A Gong benar-benar menyentuh, ya. Puisinya penuh nuansa kesedihan, kenangan, dan kerinduan yang samar. Ada rasa kehilangan yang dalam, tapi juga secercah harapan di musim pelangi—walau samar dan tak pasti.
Beberapa hal yang kuat terasa:
- Simbolisme yang kuat: pohon kamboja, pelangi, surat tanpa alamat—semuanya memberi kesan tentang kematian, kenangan, dan harapan yang belum tentu datang.
- Rasa kehilangan: dengan ayah dan ibu yang telah dikebumikan, suasana jadi muram dan reflektif.
- Surat tanpa alamat: metafora dari pesan yang datang entah dari mana, bisa jadi dari seseorang di masa lalu, atau bahkan dari hati sendiri.
Simbol dan Makna
- “Pohon kamboja dengan air mata”
- Kamboja adalah bunga yang biasa ditemukan di makam—simbol kematian dan perpisahan.
- Disiram air mata, artinya kenangan terhadap yang sudah tiada masih hidup dalam duka dan harapan.
- “Bunganya gugur. Ayah-ibu kita sudah dikebumikan.”
- Duka dan kehilangan orang tua menjadi latar emosional yang kuat.
- “Surat tanpa alamat”
- Surat ini seperti datang dari entah siapa—mewakili pesan dari masa lalu, harapan yang tak jelas ujungnya, atau bahkan suara hati yang terpendam.
- Bisa juga dibaca sebagai surat dari seseorang yang tak bisa dijangkau, mungkin dari penjara (dalam baris “pesan dari balik jeruji”) atau dari alam lain.
- “Kutunggu di musim pelangi”
- Pelangi adalah simbol harapan, keindahan setelah badai. Tapi disebut bahwa pelangi muncul tiba-tiba, artinya harapan itu tak bisa direncanakan atau dipegang.
- “Tak ada matahari di kota kita.”
- Matahari = simbol kebahagiaan, kehangatan, dan hidup. Tanpanya, kota jadi kelam—mungkin ini metafora untuk depresi, kehilangan arah, atau hidup dalam bayang-bayang masa lalu.
- “Aku harus pergi dari kota.”
- Keputusan untuk meninggalkan tempat lama, atau keadaan lama. Bisa berarti perjalanan fisik maupun spiritual, mencari makna atau kebebasan.
Suasana dan Nada
Puisi ini punya suasana melankolis, reflektif, dan penuh rindu. Kalimat-kalimatnya tenang, tapi mengandung tekanan emosional yang kuat. Tidak ada tangisan keras, tapi duka dan kehampaan begitu terasa.
Makna Mendalam
Puisi ini seolah menggambarkan seseorang yang tengah berada di masa transisi. Ia dikelilingi oleh kenangan, kehilangan, dan keinginan untuk berubah atau meninggalkan semuanya.
“Aku harus pergi dari kota” bisa jadi adalah puncak tekad untuk melepaskan beban masa lalu, meski itu tidak mudah.
Tim GoKreaf/ChatGPT

REDAKSI: Tim Redaksi golagongkreatif.com sengaja berdialog dengan ChatGPT tentang puisi-puisi Gol A Gong. Kita akan melihat sejauh mana kecedasan buatan ini merespon puisi-puisi Gol A Gong. Supaya tidak salah paham, puisi-puisinya ditulis asli oleh Gol A Gong. Kebanyakan puisi-puisi lama. Semoga metode adaptasi dengan kecerdasan buatan ini membuka wawasan berpikir kita tentang isi hati penyair. Selebihnya, kita tertawa bahagia saja, ya.
