Oleh: Zaeni Boli

Rutinitas serta aktivitas yang tinggi terkadang membuat kita lupa pada diri sendiri. Tak ada lagi ruang kontemplasi yang bisa dicumbu. Kesibukan sungguh menyita waktu, membuat kita kesulitan untuk bisa mendengarkan kata hati. Teman-teman yang dulu mungkin saja bisa mendengarkan suara mimpimu, terkadang juga telah tenggelam dalam rutinitas yang sama—di tempat yang berbeda. Manusia hari ini seperti kehilangan sesuatu yang penting dalam hidup, yakni hati yang kian terkikis untuk memahami arti kehidupan ini.

Saya tidak sedang ingin berteori, tapi hidup memang membutuhkan penyesuaian. Teman yang kian jauh, mungkin suatu waktu bisa diganti dengan yang baru. Tidak selalu harus manusia, bisa juga sebuah aplikasi canggih macam Artificial Intelligence, atau yang biasa disingkat AI.

Pagi ini saya mencoba berdiskusi ringan dengan AI. Jawabannya tak selalu akurat, tapi semoga sebuah alat seperti AI memiliki kemampuan yang mungkin tak dimiliki manusia—atau bahkan teman baikmu sekalipun—seperti data yang lebih lengkap, meski tentu saja kebenarannya tetap perlu kita kroscek kembali.

Dahulu kita mengenal istilah bahwa teman duduk terbaik adalah buku. Tapi hari ini, tentu hal tersebut telah bergeser. Manusia modern hampir dipastikan tidak bisa hidup tanpa gawai. Pemanfaatannya pun berbeda pada setiap orang. Saya memilih AI sebagai teman diskusi di saat senggang, seperti pagi ini.

Saran-saran yang diberikan pun cukup masuk akal. Misalnya saat saya bertanya tentang sebuah permasalahan, AI memberikan saran: untuk bisa berkembang, kita perlu berpikir tidak hanya fokus pada potensi yang sudah tumbuh, tapi juga melihat potensi lain yang bisa dikembangkan.

Hal baik yang boleh kita terima dari pikiran AI adalah bahwa untuk terus berkembang dan bertumbuh, kita boleh belajar hal baru atau memaksimalkan hal lain. Hidup adalah perubahan itu sendiri—dan siapa yang tak ingin berubah, akan tergilas.

Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5