Oleh: Naufal Nabilludin

Sebagai seorang anak muda, saya menyadari betapa sulitnya untuk bisa konsisten dalam menjalani aktivitas yang produktif. Ada kalanya saya tergoda oleh berbagai hal yang tidak penting—terlalu lama bermain gawai, menunda pekerjaan, atau bahkan hanya berdiam diri tanpa arah. Dalam hati saya tahu, ini bukan kebiasaan yang baik. Namun, entah mengapa, rasa malas dan keinginan untuk menunda itu kerap datang tanpa permisi.

Saya sering beralasan bahwa saya masih muda. Masih banyak waktu. Masih ada hari esok. Padahal, kenyataannya, waktu tak pernah menunggu siapa pun. Waktu terus berjalan, perlahan tapi pasti. Dan saat kita lengah, ia bisa meninggalkan kita tanpa memberi kesempatan kedua.

Rasulullah SAW pernah menyampaikan sebuah nasihat yang sangat dalam maknanya. Sebuah pengingat penting yang seharusnya menjadi pegangan kita, terutama di usia muda ini:

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, waktu luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Al-Hakim, dinyatakan shahih oleh Imam Adz Dzahabiy dan Syaikh Al-Albani)

Nasihat ini bukan sekadar rangkaian kata. Ia adalah peringatan agar kita tidak lengah terhadap waktu dan kesempatan yang Allah SWT berikan. Lima perkara tersebut, menurut para ulama, adalah nikmat yang kerap kali baru kita sadari nilainya setelah hilang.

Pertama, masa muda sebelum tua

Saat muda, kita memiliki kekuatan fisik, energi, dan semangat yang besar. Namun masa muda bukan selamanya. Akan tiba waktunya tubuh menjadi lemah, dan apa yang dulu mudah dilakukan, kini menjadi berat. Oleh karena itu, masa muda adalah saat terbaik untuk berbuat, berkarya, dan menanam amal kebaikan.

Kedua, sehat sebelum sakit

Kesehatan adalah anugerah besar yang seringkali kita abaikan. Baru ketika sakit datang, kita sadar betapa berharganya tubuh yang kuat. Saat sehat, kita bebas bergerak, bekerja, belajar, dan beribadah. Maka manfaatkanlah kesehatan dengan sebaik-baiknya sebelum ia pergi.

Ketiga, kaya sebelum miskin

Rezeki yang kita miliki saat ini adalah amanah. Jangan tunggu sampai kita kehilangan baru ingin memberi. Bersedekahlah, berbagi dengan sesama, dan gunakan harta untuk hal-hal yang bermanfaat. Karena kondisi keuangan tidak selalu berada di titik yang sama.

Keempat, waktu luang sebelum sibuk

Saat memiliki waktu senggang, jangan hanya mengisinya dengan hal-hal yang sia-sia. Gunakan untuk meningkatkan kapasitas diri, memperbaiki ibadah, dan memperluas wawasan. Sebab, ketika kesibukan datang, kita akan merindukan waktu-waktu tenang itu.

Kelima, hidup sebelum mati.

Ini yang paling mendasar. Selama nyawa masih ada, kita masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri, bertobat, dan menambah amal. Namun, saat kematian menjemput, semua kesempatan itu akan terputus.

Nasihat ini bukan hanya untuk saya, tapi juga untuk teman-teman seusia saya yang mungkin sedang merasakan hal yang sama—merasa jenuh, kehilangan arah, atau kurang semangat. Kita memang masih muda, namun masa muda bukan alasan untuk bermalas-malasan. Justru inilah waktu terbaik untuk menanam sebanyak mungkin kebaikan.

Semoga kita tidak menjadi hamba yang lalai, yang baru tersadar setelah kesempatan telah hilang. Mari gunakan waktu dan nikmat yang ada dengan sebaik-baiknya, sebelum semuanya menjadi penyesalan.

Please follow and like us:
error72
fb-share-icon0
Tweet 5