Oleh: Aii Aayy

Di tengah ramainya berita tentang melemahnya rupiah belakangan ini, algoritma media sosialku dipenuhi dengan konten life planner, financial planner, dan sejenisnya. Seakan-akan menawarkan solusi atas apa yang sedang kubutuhkan.

Aku mencoba menarik kesimpulan dari konten tersebut: bahwa pengelolaan keuangan memiliki dampak signifikan terhadap keberlangsungan hidup jangka panjang. Siapa sih yang nggak mau hidupnya enak di masa depan? Yuk, coba sedikit kita refleksikan bersama.

Ya, apa pun memang mesti direncanakan secara matang, termasuk soal keuangan. Sejak Oktober 2024 lalu, aku mulai belajar membuat catatan keuangan bulanan dalam bentuk spreadsheet—layaknya menyusun RAB kegiatan, xixixi.

Catatan ini bertujuan sebagai media kontrol keuangan secara personal. Sifatnya bukan memaksa harus ‘plek ketiplek’ seperti rancangan itu, tapi untuk memproyeksikan keuangan kita: pendapatan berapa, digunakan untuk apa saja, dan apa yang bisa dipersiapkan untuk masa depan.

Sebenarnya banyak platform atau media yang bisa digunakan untuk mencatat keuangan, tergantung dari kenyamanan masing-masing. Bisa lewat aplikasi atau template financial planner yang sangat mudah ditemukan di media sosial.

Beberapa fakta ekonomi yang terjadi sepanjang 2025 ini cukup memberikan pembelajaran buatku pribadi. Efisiensi anggaran hingga melemahnya nilai rupiah tentu menjadi pengingat agar bisa lebih bijak mengelola keuangan, menyusun skala prioritas dalam membelanjakan sesuatu, dan mulai menyisihkan sedikit demi sedikit untuk keperluan di masa mendatang.

Ramadan lalu, aku mendapat kesempatan untuk menghadiri bedah buku Home Sweet Loan bersama penulisnya, Mbak Almira Bastari, yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Bank Indonesia KPW Banten. Kegiatan ini tentu menambah semangatku untuk lebih mendalami soal keuangan.

Di sana, aku mendengarkan bagaimana proses penyusunan buku yang sempat difilmkan di layar bioskop ini. Juga ada sesi berbagi tentang manajemen keuangan di kalangan usia muda (Gen-Z dan milenial), karena buku ini membahas perjuangan sosok Kaluna yang menghadapi tantangan sebagai bagian dari sandwich generation—hingga akhirnya mampu menabung 300 juta.

Aku banyak belajar dari sana. Mbak Almira membagikan tips-tips mengelola keuangan kepada kami sore itu. Salah satunya: bahwa investasi itu penting. Buatlah proyeksi keuangan dan lakukan investasi. Untuk mahasiswa, investasi terbaik adalah investasi skill—ikuti course yang sesuai dengan passion. Sedangkan untuk para pejuang karier, mulailah investasi jangka panjang yang lebih menjurus pada kebutuhan primer: tabungan rumah, keluarga, kesehatan, dan sebagainya.

Melihat tantangan ekonomi yang semakin hari semakin mencekam, aku jadi berpikir bahwa waktu akan terus berjalan tanpa menunggu siapa pun dan dalam kondisi apa pun. Ramainya berita tentang orang-orang yang berbondong-bondong membeli emas karena nilai rupiah menurun adalah bentuk seni bertahan hidup bagi mereka yang mampu melakukannya saat ini.

Tentu ini menjadi pembelajaran berharga untukku pribadi: jika saat ini kita memiliki rezeki yang cukup, kelola-lah dengan baik, dan persiapkan masa depan.

Semoga kita semua bisa belajar menyusun dan mengelola keuangan sebaik mungkin—memenuhi kebutuhan pokok, membelanjakan barang dengan bijak, dan mempersiapkan masa depan, karena hidup tidak akan selalu berada di titik yang sama.

Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5