Pada 1965 Pemerintah Indonesia mengirimkan guru-guru ikatan dinas ke seluruh Indonesia. Emak ingin meninggalkan Purwakarta, karena merasa tidak nyaman dengan penerimaan yang setengah hati dari keluarga Bapak. Kemudian Bapak dan Emak berembuk. Akhirnya Bapak mendorong Emak agar kembali ke kampung halamannya, Banten. Tadinya Emak akan memilih Kalimantan. Ternyata Emak memiliki darah keturunan dari Caringin, Pandeglang. Kakek Emak – namanya Aji, seorang santri, berasal dari sana.

Caringin, Labuan, Pandeglang terkenal dengan pondok pesantrennya. Di sana ada masjid Caringin. Jika mendengar nama Caringin, kita akan mengenal 1 nama kharismtaik, yaitu Syekh Asnawi Caringin, yang juga dikenal sebagai Kiai Asnawi Caringin. Dia ulama Banten yang lahir tahun 1850 di Kampung Caringin. 

Kakek Acing – ayah Emak bercerita, saat gunung Krakatau meletus pada 20 Mei 1883, wilayah pesisir Banten di sepanjang selat Sunda rata. Letusan besar terjadi pada 27 Agustus 1883, dua pertiga bagian Krakatau runtuh dalam sebuah letusan berantai, melenyapkan sebagian besar pulau di sekelilingnya. Aktivitas seismik tetap berlangsung hingga Februari 1884. Itu menyebabkan orang-orang mengungsi ke timur. Termasuk santri remaja dari ponpes Caringin bernama Aji.

Santri Aji dan yang lainnya berjalan kaki siang dan malam, menghindari dari ancaman lahar gunung Krakatau. Santri Aji sampai di dareah Subang. Dia membangun pesantren dan menikah dengan gadis desa, yang juga ditaksir oleh tentara Belanda. Setelah lahir Aki Acing, tahun 1901, tentara Belanda itu menyatroni santri Aji. Terjadi perkelahian, tentara Belanda itu mati. Santri Aji ditangkap dan dibuang ke Aceh – nanti akan ada episode aku melacak jejak santri Aji ke Aceh.

Aki Acing menikah dengan Nek Ijot dan jadi mandor bangunan di Purwakarta. Aki bercerita, saat remaja pernah jadi kuli bangunan membangun stasiun kereta api Serang , Karangantu, Pandeglang, dan Labuan sekitar 1920-an. Aki mencoba melacak leluhurnya di Caringin. Tapi nihil. Emak lahir pada 1938 sedangkan Bapak lahir 1934. Mereka menikah pada 1958.

Akhirnya berangkatlah Bapak dan Emak jadi guru mengabdi ke Kota Serang, Banten pada 1965. Kisah Emak kepadaku, “Bapak sama Emak cuma bawa tiker, tas berisi pakaian, Teteh Dian masih 4 tahun dan kamu 2 tahun.” Bapak ditempatkan di SPGN Serang sebagai guru olahraga dan Emak di SKKPN sebagai guru Bahasa Indonesia.

Gol A Gong

Please follow and like us:
error72
fb-share-icon0
Tweet 5

ditulis oleh

golagong

Duta Baca Indonesia 2021-2025 - Penulis 125 buku - Motivator Menulis - Pendiri Rumah Dunia