
Puisi Esai Gen Z Oleh Dhea Anggriyani – Politeknik Negeri Indramayu dengan gelar Sarjana Terapan Teknik Tahun 2023
(Di sebuah hotel ternama di Kuningan, suasana pagi itu tampak sibuk. Para anggota PPK tengah bersiap mengikuti penutupan Bimtek yang diselenggarakan oleh KPU. Di balik kesibukan tersebut, terjadi sebuah insiden yang menggemparkan dan mencoreng nama baik lembaga penyelenggara pemilu, 20 oktober 2024.)


oOo
Di ruang penuh janji dan suara demokrasi,
Tertanam benih busuk dalam hati yang keji.
Ia bukan sekadar rekan, tapi pemangsa
Mengintai dalam bayang-bayang.
Dalih sepele, pinjam sisir di tangan,
Niatnya gelap, tak beralasan.
Kunci diputar, ruang berubah jeruji,
Tubuh bergetar, kehormatan terancam pergi.
Diruang yang seharunya aman
Dilingkup yang katanya penuh penghormatan
Laras terperangkap dalam diam
Terbungkam oleh kuasa yang menggenggam
“Ini hanya bercanda”
Cara ia tersenyum, cara ia bicara
Seolah pelecehan adalah bagian dari permainan
Seolah kehormatan bisa dinegosiasikan
Jerit tak terdengar di dinding bisu,
Tak ada saksi, hanya luka yang membisu.
Air mata jatuh dalam diam yang perih,
Menjadi saksi atas luka yang pedih.
“Ku datang dengan niat menjaga, menjadi bagian dari demokrasi bangsa.
Tapi, kenapa tangan itu merenggut rasa, mengoyak harga diri yang ku jaga” (Bisik nya dalam hati.)
Laras keluar dengan tubuh gemetar
Matanya merah, nafasnya patah-patah
Lalu dengan suara lirih ia berkata
“Aku dilecehkan”
Namun suaranya takkan terkubur malam,
Ia melawan, menolak tenggelam.
Dibawa ke meja hukum, keadilan dicari,
Agar tak ada lagi korban esok hari.
Laras berbicara, meski suara bergetar
Karena Laras tau ini bukan tentang dirinya,
Melainkan tentang semua perempuan yang pernah dipaksa bungkam.
Bukan salahnya, bukan dosanya,
Bukan pakaiannya, bukan sikapnya.
Yang salah adalah tangan kotor itu,
Yang menyentuh tanpa izin, merenggut tanpa malu.
*
Berapa banyak orang yang tak bersuara
Berapa banyak Perempuan yang memilih diam
Karena dunia lebih suka menyalahkan
Dari pada melindungi mereka yang menjadi korban
Kini saatnya kita bersuara lantang,
Menolak diam, melawan terang-terangan.
Agar tak ada lagi perempuan yang menangis sendiri,
Di balik ruang kerja yang seharusnya suci.
Kita tak boleh diam melihat ini terjadi,
Pelecehan seksual harus kita akhiri,
Dukung para korban, beri mereka bersuara
Agar takada lagi jeritan sunyi yang menjera
*
CATATAN : Cerita dipuisi esai ini hanyalah fiksi terinspirasi dari nasib tragis yang dialami oleh RK yang berusia 25 tahun yang menjadi korban pelecehan seksual oleh rekan kerjanya yang berinisial NZ di sebuah Hotel ternama di Kabupaten Kuningan. Link: https://seputarkuningan.com/anggota-ppk-jadi-korban-pelecehan-rekannya-kpu-kuningan-angkat-bicara/




Tentang Penulis: Dhea Anggriyani, Kuningan 03 September 2001. Saya merupakan lulusan dari Politeknik Negeri Indramayu dengan gelar Sarjana Terapan Teknik Tahun 2023 dengan minat besar di bidang Desain Mekanik dan manufaktur. Selama kuliah saya aktif dalam berbagai organisasi dan pernah mengikuti program magang industri di Perusahaan kontruksi Baja. Memiliki pengalaman bekerja sebagai Puldatan PTSL-PM Bersama ATR/BPN Pada Tahun 2024, dan Staff Administrasi PT. Pandawa Karna Pada Tahun 2024.
Saya berharap dengan Menulis Puisi Esai dapat menjadi sarana ekspresi yang mandalam, menginspirasi pembaca, dan menghadirkan perspektif baru terhadap bebagai Isu Kehidupan.


PUISI ESAI GEN BARU: Puisi Esai Gen Baru ini puisi esai mini 500 kata khusus untuk Gen Z dan Gen Alpha. Disarankan tema-temanya yang relate seperti bully, mental health, patah hati, broken home, sex bebas, dan narkoba. Bagaimana kalau lingkungan, politik, atau kritik sosial ke penguasa? Boleh saja asalkan ada fakta dan sertakan link beritanya. Tuliskan 500 kata. Sertakan bionarasi maksimal 5 kalimat, 2 foto penulis dan 2 ilustrasi AI yang mendukung puisi esainya. Kirimkan ke golagongkreatif@gmail.com dengan subjek: Puisi Esai Gen Baru. Ada honorarium Rp 300 ribu dari Denny JA Foundation bagi yang puisi esainya tayang. Jangan lupa sertakan nomor rekening bank
