
Oleh Muhzen Den
Judul : FIKSI LOTUS (Kumpulan Cerpen Klasik Dunia)
Penerjemah : Maggie Tiojakin
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama 2012
Tebal : 186 halaman
Sebenarnya saya membeli buku ini bukan karena sampul dan judul bukunya yang bagus. Saya beli buku ini karena ketidaksengajaan yang menjadi keuntungan bagi saya sendiri. Sebab, jika melihat dari sampul buku ini tidak begitu menarik dan bisa dibilang biasa saja. Namun, saya lebih tertarik karena membaca sampul belakang buku ini memunculkan nama-nama penulis legenda dunia—yang sebagian profil bahkan biografinya pernah saya baca.
Karena itulah saya membaca buku Fiksi Lotus yang berisi kumpulan cerita pendek karya para penulis dunia. Beberapa penulis yang ada di buku ini pernah saya baca karyanya, tapi setelah membaca lagi karya mereka di buku Fiksi Lotus, saya seolah seperti membaca karya baru.

Dalam buku Fiksi Lotus memuat sekitar 13 cerita pendek yang ditulis para penulis legendaris nan mendunia. Bahkan, Maggie selaku orang mengumpulkan dan menerjemahkan cerita pendek dari para penulis dunia ini berkata dalam kata pengantar buku ini, “Karena tidak ada hal baru yang bisa dipelajari dari karya modern yang tidak dipelopori oleh para penulis di masa-masa sebelumnya.”
Artinya kumpulan cerpen Fiksi Lotus ini hadir sebagai proyek pribadi sang penerjemah sehingga dapat dinikmati pembaca dalam bentuk cetak. Saya sebagai pembaca selalu penasaran dengan kata-kata dan alur cerita dalam kumpulan cerita pendek ini, dan merasa beruntung meskipun awalnya hanya sekadar membeli saja.
Namun, dari sekian cerita yang saya baca di buku ini, ada hal-hal membuat saya tercengang bahkan berpikir keras. Cerita pendek yang ditulis para penulis legendaris dan mendunia ini seperti mengajarkan kita tentang cara menulis dengan tema sederhana, tapi memiliki alur dan karakter cerita yang kuat.

Saya terkejut saat membaca cerpen Charles karya Shirley Jackson yang awalnya alur ceirtanya hanya menceritakan tentang seorang anak kecil bernama Laurie masuk taman kanak-kanak dan bertemu dengan teman bernama Charles. Charles ini jadi bahan obrolan Laurie setiap pulang dari taman kanak-kanak, mulai dari tingkah lucunya sampai keisengan Charles yang dinilai Laurie begitu mengejutkan. Sampai-sampai orangtua Laurie penasaran dengan tingkah Charles yang diobrolkan anaknya.
Namun, pada akhir cerita, ini yang membuat saya terkejut sekaligus senyum-senyum sambil berkerut kening. Ternyata Charles yang dijadikan obrolan oleh Laurie itu tidak pernah ada di taman kanak-kanak, Bahkan, gurunya Laurie pun kebingung sekaligus heran dengan tingkah Laurie di sekolah tersebut. Shirley menyajikan cerita misteri dengan sudut pandang anak-anak yang serahusnya penuh kejutan dan mengerikan, tapi tampak lucu meskipun pembaca dibuat merasakan kejutan di akhir ceritanya. Ternyata Charles tak pernah ada, hanya Laurie yang bisa melihat dan berinteraksi dengannya.

Dari sini saya sudah dibuat semakin penasaran untuk membaca cerpen-cerpen lainnya yang ada di buku Fiksi Lotus ini. Saya merasa buku ini bukan saja menyajikan sekadar cerita pendek, tapi lebih pada mengajarkan kita sebagai pembaca maupun penulis pemula untuk belajar lagi memahami tema sederhana dan cara menulis cerpen dengan gaya khas para penulis dunia ini.
Kepiawaian para penulis dunia ini menyajikan cerita pendek nan fenomenal tersebut seperti mengingatkan bahwa pada zamannya keresahan yang terjadi di sekitar bisa lebih bermakna jika dijadikan cerita. Fiksi Lotus walau tampak sederhana dari segi cover buku, tapi secara isi begitu berat dan punya nilai yang dapat dijadikan patokan dalam bercerita.


