Perempuan dan kodratnya yang tidak bisa digantikan oleh apapun dan siapapun. Perannya tidak hanya sebagai pencetak generasi sebuah negeri. Melainkan penentu kokoh dan hancurnya satu peradaban. Krisis global yang melanda dunia dari tahun ke tahun, menempatkannya untuk memiliki berbagai peran, suka atau tidak. Tingginya angka perceraian, memaksa Perempuan mengambil alih menajdi tualng punggung keluarga.

Kadang mengorbankan segalanya, tidak hanya tenaga, pikiran, darah bahkan seluruh dirinya demi melanjutkan hidup orang-orang terkasihnya. Tapi malangnya, meski era sudah semodern apapun. Namun Perempuan kita tetap belum terbebas dari segala penjajahan atas hak-hak dirinya, bahkan haknya untuk bersuara baik berpendapat atau sekedar mengungkapkan apa yang dirasakan.

Negara telah berkali-kali berganti kepemimpinan, tapi sudah sejauh manakah system terutama adakah perundang-undangan yang benar-benar mengatur dengan tepat terutama memberikan rasa aman dan nyaman kepada Perempuan setidaknya di negerinya sendiri, di rumahnya sendiri, di keluarganya sendiri.

Pondok Kata, April 2025
Vera Verawati

Puisi Vera Verawati
Sepucuk Surat dari Penjara

jari-jari jeruji terdiam beku
tak ada lidah terjulur menjilati kepura-puraan
seluruh darah menderas ganas
membungkam mata-mata tersembunyi
gelap dan hitam padamkan pelita hati

“apa salah, putik bungaku, ia bisu pun lugu?”
kebaya dikenakan potret kehormatan
menjaja penganan tidak kesucian
malang nahas, gugur sebelum bertunas
terkapar raga dikoyak para durjana

jika satu tangan menghujam berbayar darah
salahkah emak, menuntut balas?

*) Lembaga Pemasyarakatan Perempuan, Mei 1998

oOo

Puisi Vera Verawati
Di Mana Bumi Dipijak di Sana Siti Diperdagangkan

kotak tanpa cahaya bagai labirin
siti berputar-putar tidak berarah
aroma asap membawanya melayang
tentang pondok dan sepetak sawah garapan
terpajang lukisan di pelupuk ingatan
entah mantra apa yang didengarnya
gending merasuk meliukkan tubuhnya
dari gelas satu berlompatan cawan lainnya
bak arak diteguk berganti bibir
siti digilir perbudakan dianulir
negeri timur Tengah di mimpi siti
janjikan sepotong roti berlapis selai kesetaraan

berapa real ?
tiga ribu saja

*) Qatar, Juni 2009

oOo

Puisi Vera Verawati
Di Bilik Emansipasi Perempuan

satu set dapur dan perangkatnya bercerita
setumpuk baju berurai peluh menunggu di kamar mandi
rengek kecil menggelayut di buah dada keriput
tubuh elok nan rupawan menjelma kecut
tuntutan hidup membuatnya carut marut
ribuan kilo jalan di tempuh tiada takut
demi mulut ribut berhenti mengaduh kalut
bukan tentang sepatu hak tinggi berkilauan
dan sepaket hidangan ala kantoran
hujan panas di bawah guyuran
ia bernyanyi lagu balada, ‘andai ah ah ah aku jadi orang kaya’
suara recehan hentikan kekhawatiran

*) Singapore, Agustus 2011

oOo

Puisi Vera Verawati
Korban Cinta Digital

sepasang kursi berhadap-hadapan
di meja sama puluhan tahun lamanya
dua hidangan berbeda tetap berselera
berbicara tentang apa saja
mentertawakan sepasang cicak di dinding
dekat jam tua di ruang tamu mereka.

itu dulu
sebelum kursi berhadap-hadapan kenal media social
tapi berbeda sekarang
walau tetap berhadap-hadapan

hidangan pun serupa
namun senyum dan tawa
bukan lagi untuk saling berhadap-hadapan
tidak ada dialog
bahasa keduanya hening asing

*) Kuningan, Ramadan 2020

oOo

Puisi Vera Verawati
Perempuan Peradaban

ada negeri dongeng kala itu di jamannya
pernah begitu subur makmur gemah ripah loh jinawi
ayu perempuannya bersanggul melati
santun budi bahasa tinggi budi pekerti
reformasi kesetaraan digaungkan bumi pertiwi

kini
perempuan-perempuanku tak sudi melahirkan
menukar lahan perkebunan dan pesawahan
dengan sepotong roti olahan
agar terlihat kebarat-baratan
adat budaya pun adab dikaburkan
orasi kesetaraan scenario feodalisme
pada secarik kain yang warnanya mulai pudar
‘Jika ingin menghancurkan satu negara, maka hancurkan perempuannya’

*) Pondok Kata 17 April 2025

oOo

TENTANG PENULIS: Vera Verawati, Ketua TBM Pondok Kata Rz aktif sebagai kolomnis di kartinikuningan.id dan kompasiana.com.

PUISI MINGGU terbit setiap hari Minggu. Silakan mengirimkan 5 hingga 10 puisi tematik. Sertakan foto diri dan gambar atau foto ilustrasi untuk mempercantik puisi-puisinya. Tulis bio narasi dan pengantar singkat. Kirimkan ke email : gongtravelling@gmail.com . Ada uang pengganti pulsa Rp 300.000,- dari Denny JA Foundation. Sertakan nomor WA dan nomor rekening banknya..

Please follow and like us:
error72
fb-share-icon0
Tweet 5