
Oleh Muhzen Den
Menulis adalah aktivitas literasi yang kreatif dan mencerdaskan. Aktivitas literasi ini selain membuat kita cerdas, juga menyehatkan mental. Sebab, menulis juga merupakan terapi jiwa dan pikiran dari hal-hal negatif untuk meningkatkan imun positif secara psikologis.
Namun, yang selalu berkecamuk di kepala ini adalah kenapa kita harus menulis? Pertanyaan tersebut seolah ingin menguak kembali peristiwa awal mula menulis.
Seperti diketahui, menulis adalah manifestasi dari bahasa lisan atau produk bahasa. Dengan menulis, kita seolah-olah sedang mengabadikan peristiwa dan momen tertentu untuk dijadikan kenangan atau bukti kehidupan
Tulisan-tulisan yang tersebar di khalayak ramai juga bisa jadi sesuatu yang mewakili perasaan kita. Meskipun tanpa disadari maupun disadari bahwa aktivitas menulis secara tidak langsung mengabadikan dunia lewat tulisan.
Mengutip dari laman kompas.com, diperkirakan manusia mengembangkan bahasa sejak 35.000 Sebelum Masehi. Sementara seperti dilansir dari Ancient History Encyclopedia, hal tersebut dibuktikan dari lukisan gua pada periode Manusia Cro-Magnon (sekitar 50.000 – 30.000 Sebelum Masehi) yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.
Dari gambar tersebut memunculkan sebuah bahasa. Dari beberapa gambar tampak menceritakan sebuah kisah, bukan hanya sekadar gambar binatang dan manusia.
Awal Mula Menulis
Ternyata bangsa Sumeria (3.500-3.000 SM) merupakan orang yang pertama kali menciptakan tulisan sebagai alat komunikasi. Artinya, pada zaman dulu aktivitas menulis sudah dilakukan sebagai bagian berkirim pesan dan alat komunikasi.
Lama-lama, aktivitas menulis menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Meskipun awal tulisan masih bersifat simbol-simbol saja, tetapi dengan perkembangan zaman semakin ada pembaruan.
Meski menulis menjadi alat komunikasi untuk mencatat peristiwa, sekaligus menciptakan bentuk karya seni atau sastra. Orang Sumeria memulai penulisan di atas tanah dan digunakan di beberapa wilayah di sekitarnya.
Bahkan, para penulis kuno mulai meningkat sistem penulisan menjadi produk bahasa yang mudah dipahami.
Kebutuhan Menulis
Sejak kecil kita diajarkan, baik di rumah maupun di sekolah hanya untuk belajar menulis, membaca, dan berbicara. Tiga komponen berbahasa tersebut menjadi kebutuhan dalam pendidikan kita.
Menulis menjadi hal krusial untuk kita sebagai manusia. Tanpa menulis, mungkin kita suci Alquran pun tidak akan terdokumentasi dengan baik sehingga bisa dibaca dan dipahami maknanya.
Menulis bukan lagi sekadar pilar bahasa, tapi sudah menjadi kebutuhan umat manusia. Kita hidup di dunia ini tidak lepas dengan aktivitas menulis. Sebab, beberapa kegiatan yang kita lakukan di dunia ini harus ada kata menulis.
Menulis Sastra
Beranjak dari menulis menjadi kebutuhan kita, maka menulis dapat mengungkap perasaan ini. Bentuk tulisan apa yang tidak lahir dari hati dan pikiran ini kalau bukan tulisan karya sastra atau seni.
Menulis sastra (fiksi dan puisi) adalah bentuk tulisan keindahan yang mengabadikan momen penting dengan cara atau sudut pandang lain. Jika kita menggambarkan suatu peristiwa dengan lisan hanya menjadi ungkapan, tapi ketika dituliskan baik dalam bentuk tulisan sastra maupun tulisan lainnya, akan tampak hidup dan terngiang di imajinasi.
Menulis bukan sekadar produk bahasa, tapi sudah menjadi kebutuhan hidup dalam mengabadikan maupun menggerakkan sebuah peristiwa. Bahkan ada slogan “Membaca itu cerdas dan menulis itu hebat”. Oleh karena itu, mari kita menulis!

