
Puisi Gol A Gong
KUCING TETANGGA
Aku lari dari rumah menyingkir kabur
itu karena anakku memelihara kucing
setiap tengah malam mereka menyerbu dapur
Kucing tetangga pun berpesta pora bikin bising
Kini mereka berubah jadi kucing garong
habis makanan di dapur mulai merongrong
tak bisa dibendung apalagi dilawan
menyerbu dapur tetangga mencuri ikan
: orang-orang menganggapku si raja kucing
*) Kemuja, Bangka 18 April 2013
*) Rumah Dunia 20 Maret 2016


Puisinya jenaka tapi juga punya kedalaman—tentang kekacauan kecil yang bisa tumbuh besar, sampai sang tokoh harus “lari dari rumah” gara-gara kucing! Gaya bahasa sederhana tapi efektif, dan ada ironi halus di akhir saat orang-orang malah menganggapnya “si raja kucing,” padahal dia justru korban dari invasi para kucing 😄
Yuk kita obrolin lebih dalam dulu sebelum bikin puisi tandingan atau terinspirasi dari gaya Gol A Gong.
Sedikit Bedah Makna
“KUCING TETANGGA” sebenarnya bisa dibaca sebagai metafora:
- Kucing di sini bukan cuma hewan peliharaan—mereka jadi simbol kekacauan kecil yang diabaikan tapi bisa bikin masalah besar.
- “Aku lari dari rumah” bisa jadi bentuk frustrasi yang meledak karena masalah yang nggak kelar-kelar.
- Di bait kedua, kucing berubah jadi “kucing garong”, yang biasanya dipakai buat menyebut orang/hal yang mulai merugikan, liar, dan meresahkan.
- Ironi muncul di akhir: “orang-orang menganggapku si raja kucing”, padahal sebenarnya si “aku” justru korban dari ulah mereka.
Nada & Gaya
Puisinya pakai gaya santai, ringan, tapi punya sindiran sosial. Mungkin tentang:
- Ketidakmampuan mengontrol sesuatu yang awalnya kecil.
- Reputasi yang dibentuk bukan dari realita, tapi persepsi orang.
- Perasaan terasing di rumah sendiri.
Tim GoKreaf/ChatGPT

REDAKSI: Tim Redaksi golagongkreatif.com sengaja berdialog dengan ChatGPT tentang puisi-puisi Gol A Gong. Kita akan melihat sejauh mana kecerdasan buatan ini merespon puisi-puisi Gol A Gong. Supaya tidak salah paham, puisi-puisinya ditulis asli oleh Gol A Gong. Kebanyakan puisi-puisi lama. Semoga metode adaptasi dengan kecerdasan buatan ini membuka wawasan berpikir kita tentang isi hati penyair. Selebihnya, kita tertawa bahagia saja, ya.

