
Puisi Esai Gen Z Karya Aqilah Mumtaza – Duta Puisi Esai 2025 dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Sabtu, tanggal 27 Mei 2006 pukul 05.53, gempa bumi tektonik berkekuatan 5,9 skala richter mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta. Ini merupakan gempa bumi terbesar di dunia dan
paling banyak memakan korban, yaitu lebih dari 6 ribu jiwa, serta kerugian finansial mencapai 29,1 triliun.
oOo

1.Subuh Duka
Matahari belum lagi menyapa
Penduduk masih lelap dalam mimpi
Sebagian lain siap mewarnai pagi,
pergi bekerja—bersabung nyawa
Tiba-tiba bumi berderak
Gempa datang merajam
: Subuh sunyi seketika bergolak
Suka berubah, duka mendalam
Meja, kursi, dan lemari bergelimpangan
Dinding rumah bertumbangan
Tak terhitung atap berakhir hancur,
seiring ribuan nyawa yang gugur
Candi Rara Jonggrang meranggas
Makam-makam amblas
Rumah usaha ambruk
Tempat wisata turut remuk
Nujum tua pernah berkata:
Di suatu masa,
di pinggir Sesar Opak
Manusia tergeletak
Inikah ketentuan dari-Nya?
2.Maut Mengintai
Aku mematung, kantuk menggantung
Semua linglung dirundung bingung
Kulihat sekeliling,
baru kusadari ini bukan ilusi
Atap-atap rumah, berhamburan di tanah
Satu dua orang bersimbah darah
Satu dua orang menelpon saudara
Semua orang waspada
Ibu urung berlari
Tubuhnya jadi perisai,
untuk adikku yang masih bayi
Oh, ia rapuh terkulai
“Cari pertolongan,” kata Bapak.
Ibu gegas beranjak,
bersama banyak tetangga yang juga luka-luka
Ke rumah sakit mereka dibawa
Dua adikku menangis kejer*)
Aku bingung harus bagaimana
Sampai Bapak meraih kami,
membawa kami ke balai desa
Di sana penduduk menumpuk
Bapak menitipkan dua adikku,
lalu mengajakku menyusul Ibu
Di bangsal rumah sakit,
dokter dan perawat sangat sibuk
Mereka menolong para korban
di ambang kematian
Selang melilit tubuh adikku
Ibu merintih terisak pilu
Bapak mengusap punggung Ibu
Lirih kami merapal doa
Doa akibat gempa mendera
Gempa susulan berulang
Tak malam tak pagi tak siang,
Gempa tandang menggoncang
Tak malam tak pagi tak siang,
ketakutan membayang
24 jam penuh
Jogja dibayang-bayangi ancaman
Bencana, wai … bencana …
nyawa dan rumah siapa lagi sedang kauintai?
3.Ya, Allah, Jangan Lagi
Delapan belas tahun berlalu
Akankah Sesar Opak kembali berulah,
mengulang bencana seperti dulu?
Sekali waktu gempa kecil datang,
membangkitkan ketakutan
yang terkubur dalam ingatan
Tanah dan pohon jadi saksi
Guratan takdir telah Ia beri
Manusia hanya hamba yang menjalani
Di langit, doa-doa tersulam
bagai ribuan bintang malam
Mendamba hidup tenteram,
jauh dari cengkeram bencana alam
*) Yogyakarta, 2024
oOo

CATATAN KAKI:
*) Kejer (bahasa Jawa) artinya menangis terus-menerus dengan sangat keras.
Link:
https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Yogyakarta_2006
https://www.youtube.com/watch?v=UrkMANTMKXU



BIODATA : Aqilah Mumtaza, lahir di Cilacap, besar di Yogyakarta. Lulus S-1 Institut Seni Indonesia Yogyakarta, (2023). Aktif di Jejak Imaji (kelompok belajar sastra) dan menulis ulasan seni pertunjukan. Karya-karyanya dimuat di beberapa media. Instagramnya @aqilahmumtaza. Ia terpilih sebagai Duta Puisi Esai 2025 dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. []


PUISI ESAI GEN BARU: Puisi Esai Gen Baru ini puisi esai mini 500 kata khusus untuk Gen Z dan Gen Alpha. Disarankan tema-temanya yang relate seperti bully, mental health, patah hati, broken home, sex bebas, dan narkoba. Bagaimana kalau lingkungan, politik, atau kritik sosial ke penguasa? Boleh saja asalkan ada fakta dan sertakan link beritanya. Tuliskan 500 kata. Sertakan bionarasi maksimal 5 kalimat, 2 foto penulis dan 2 ilustrasi AI yang mendukung puisi esainya. Kirimkan ke golagongkreatif@gmail.com dengan subjek: Puisi Esai Gen Baru. Ada honorarium Rp 300 ribu dari Denny JA Foundation bagi yang puisi esainya tayang. Jangan lupa sertakan nomor rekening bank.
