Oleh: Justicia

Keresahan dan kegelisahan tentu hal yang wajar dirasakan. Namun, bagi sebagian orang, rasa gelisah dan resah tersebut bisa menyelimuti mereka hingga memberikan rasa tidak nyaman. Aku termasuk dari sebagian orang dengan kegelisahan berlebih tersebut—rasa resah yang menghantui, rasanya sampai begitu sesak di dada, memberikan bayang-bayang ketakutan tersendiri yang bahkan tidak beralasan.

Salah satu cara yang kulakukan untuk mengalihkan perhatianku dari kegelisahan itu dan menenangkan pikiran adalah dengan membaca. Membaca adalah jalan kaburku. Aku membaca semua jenis buku, termasuk buku pelajaran—sungguh, jika memang isi kontennya menarik.

Bermula dari majalah Disney yang dulu hanya bisa kulihat gambarnya saja, lalu berlanjut ke Majalah Bobo, hingga akhirnya kutemukan komik atau graphic novel yang sangat menarik perhatian dan menambah minatku dalam membaca.

Barulah setelahnya, kudapati diri ini memiliki appetite untuk membaca lebih banyak lagi, dan beralih pada novel yang memiliki cerita lebih panjang dan kompleks.

Membaca memang menenangkan. Namun, buku secara fisik itu sendiri juga memberikanku ketenangan—reassurance. Buku yang sering kubawa ke mana-mana dan paling sering kubaca adalah buku komik. Ukurannya yang kebanyakan kecil dan tipis mudah dibawa, dan bacaannya juga ringan sehingga bisa langsung dibaca kapan saja dan di mana saja tanpa harus mengulang cerita sebelumnya atau khawatir tidak fokus saat membacanya. Dan, komik bisa dibaca berulang-ulang saat itu juga. Komik menjadi hiburan tersendiri karena isinya cenderung komedi.

Buku secara fisik memberikanku rasa nyaman di antara rasa gelisahku. Dari kecil, I’m a socially awkward person—sangat introvert. Memegang buku dan menghirup aroma khas lembaran kertasnya memberikanku serotonin yang kubutuhkan. Sejak kecil, setiap kali berada di tempat umum, walaupun bersama teman, aku selalu menyelipkan satu komik di tasku sebagai bentuk reassurance atas keresahanku.

Sering kali, meskipun bersama teman-teman, diri ini tertinggal dalam percakapan atau tidak dapat berbaur dengan mereka. Komik yang kubawa menjadi teman ketika aku ditinggal sendiri di antara kawan sekitar. Nggak masalah bagiku, ditinggal ngobrol atau berada di pojokan sendiri, selama aku bersama buku. Karena pada akhirnya, aku pun bisa menikmati waktu dan merasa terhibur dengan caraku.

Kebiasaan membawa komik sebagai jaminan rasa aman dan nyaman itu terus berlanjut sampai saat ini. Dewasa ini, bahkan terkadang aku membawa novel. Tidak jarang, walaupun buku itu pada akhirnya tidak terbaca, membawa dan memiliki buku bersamaku tetap memberikan rasa tenang.

Bahkan saat kencan pertamaku pun, kupastikan untuk membawa komik yang kuselipkan di tas kecilku. Ketika berinteraksi adalah sebuah tantangan bagiku, membawa buku di tasku memberikanku rasa tenang dan percaya diri, terutama saat harus bersosialisasi dengan orang baru.

Terkadang, buku yang kubawa tetap kubaca saat pulang. Atau sekalipun kegiatan sosialisasi berjalan lancar, buku itu tetap menjadi bentuk comfort tersendiri untukku—setelah menghadapi ketakutanku, kembali pada sesuatu yang familiar, yang nyaman, dan yang kukenal dengan baik di setiap lembarnya. Buku memberikanku dopamine yang kubutuhkan untuk me-recharge ulang energiku.

Bio Justicia
Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5