Oleh: Justicia

Film drama keluarga satu ini merangkum semua permasalahan—baik masalah keluarga, individu, bahkan sosial. My goodness. Film ini dibuka dengan gambaran interaksi keluarga pada umumnya. Namun, di menit-menit berikutnya, penonton sudah terseret ke dalam setiap permasalahan keluarga yang muncul.

Setiap scene membuka rahasia baru, memberikan petunjuk-petunjuk bagi penonton untuk setidaknya memahami konteks di awal, hingga BOOM! Klimaksnya datang saat permasalahan individu berubah menjadi konflik keluarga, dan semuanya runtuh satu per satu layaknya domino.

Film ini menggambarkan sebuah keluarga disfungsional: kepala keluarga dengan NPD (Narcissistic Personality Disorder), serta anggota keluarga lainnya yang masing-masing bergumul dengan inferiority dan superiority complex, juga trust issues. Sebuah keluarga yang problematik, di mana tiap anggota lebih memilih menghindari konflik ketimbang membicarakan dan menyelesaikannya.

Film ini menunjukkan pentingnya komunikasi dalam keluarga, juga pentingnya memilih orang yang tepat untuk dipercaya sebagai pemimpin keluarga—baik sebagai suami maupun sebagai ayah.

Sebagai perempuan, kita pun harus mandiri dan bahagia dengan diri sendiri terlebih dahulu. Jangan menikah hanya untuk mencari kebahagiaan, karena nyatanya kehidupan setelah menikah adalah sebuah perjuangan.

Perempuan yang cerdas akan memengaruhi bagaimana ia mengelola rumah tangga dan mendidik anak-anaknya. Setiap anak memiliki kemampuannya masing-masing. Jangan sampai ada kecemburuan sosial dalam keluarga.

Menurutku, akar permasalahan dalam film ini bermula dari keegoisan sang kepala keluarga dalam menangani dirinya dan emosinya, serta bagaimana hal itu berdampak pada terbentuknya komunikasi antar anggota keluarga. Setiap orang memiliki rahasia. Setiap orang pernah melakukan kesalahan. Tapi, apakah semua rahasia itu pantas dimaafkan ketika waktunya terbongkar?

Mengorbankan orang lain—apalagi keluarga inti—demi kepuasan ego sendiri jelas bukan hal yang tepat. Sebenarnya semuanya bisa dikomunikasikan, namun sebagian orang lebih memilih berkhianat karena merasa menyakiti orang lain adalah hal yang wajar—seolah dunia memang memperlakukannya tidak adil sejak awal.

Film ini mengajarkan banyak hal: tentang cinta—baik terhadap diri sendiri, terhadap saudara kandung dan orang tua, juga terhadap pasangan; tentang memaafkan dan mengikhlaskan; serta tentang pentingnya komunikasi dalam suatu hubungan—untuk terbuka dan jujur satu sama lain.

Salah satu pesan moral paling menarik dari film ini adalah tentang waktu: waktu yang telah berlalu, waktu saat ini, dan waktu yang akan datang. Waktu adalah sesuatu yang privilege, namun sering kali diremehkan—hingga kita merasakan kehilangan itu.

Pada akhirnya, rasa ikhlas, rindu, dan cinta akan semakin berkembang seiring berjalannya waktu yang membiasakan kita dengan keadaan baru. Waktu bersama orang terkasih hanya akan menjadi kenangan ketika semuanya telah berlalu. Maka, pastikan untuk selalu live in the moment, karena yang lalu takkan terulang dan yang akan datang akan terbentuk dari bagaimana kita memanfaatkan waktu saat ini.

Jangan lupa untuk cek kabar keluarga dan orang-orang terdekat, ya! Pastikan untuk selalu mengabari orang tua, karena mereka tentu selalu menunggu untuk dikabari. Sebagaimana dulu kita sangat membutuhkan mereka saat kecil, kini mereka pun membutuhkan perhatian kita ketika mereka menua. Jangan bertengkar, komunikasikan!

Bio Justicia
Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5