Oleh Natasha Harris

Waktu ikut mini tour ke Seoul, salah satu itinerary yang akan dikunjungi adalah Istana Gyeongbok. Wisatawan asing yang ke sini biasanya sewa hanbok (baju tradisional Korea) untuk pengalaman yang lebih otentik, tapi saat itu aku lebih memilih untuk bebas mengeksplor istana tanpa menggunakan hanbok.

Aku lebih suka berjalan-jalan mengelilingi istana, ngambil foto lingkungan sekitar, dan menikmati suasana yang ternyata juga disukai oleh banyak warga lokal!! Banyak anak muda Korea, terutama yang berusia 20-an, datang sendiri, seolah lagi healing di tengah kesibukan hidupnya.

Istana Gyeongbok, yang dibangun tahun 1395 oleh Raja Taejo, adalah salah satu istana terbesar dan terpenting di Seoul. Nama Gyeongbokgung sendiri asalnya dari dua kata dalam bahasa Korea, “gyeong” artinya “kemakmuran”, “bok” artinya “berkah” atau “keberuntungan,” dan “gung” artinya “istana.” Jadi, Gyeongbokgung dapat diartikan sebagai “Istana Keberuntungan dan Kemakmuran.”

Dulu, istana ini jadi pusat pemerintahan dan tempat tinggal sebuah keluarga kerajaan selama berabad-abad. Istana Gyeongbok sempat hancur karena perang, tapi kemudian Istana Gyeongbok berhasil dibangun kembali dan sekarang jadi salah satu destinasi wisata paling terkenal di Seoul. Arsitekturnya yang megah dan indah juga jadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.

Tapi karena aku suka foto, saat itu aku gak bisa diem lama-lama di satu tempat, jadi setiap sudut Istana Gyeongbok selalu menarik perhatianku untuk dieksplorasi. Setiap area punya pesonanya sendiri, mulai dari halaman utama yang luas, bangunan istana yang megah, hingga pohon-pohon yang asri.

Aku lebih suka pindah-pindah dari satu spot ke spot lainnya untuk foto, karena Gyeongbokgung nawarin banyak banget pemandangan indah yang sayang banget kalau dilewatkan.

Untuk tiket masuk, orang dewasa (usia 19–64 tahun) kena ₩3.000, untuk anak-anak (usia 7–18 tahun) hanya ₩1.500. Lalu, anak-anak di bawah 7 tahun dan lansia di atas 64 tahun bisa masuk gratis, bagus yaa istana ini ramah bagi keluarga dari berbagai usia!

Selama di sana, aku juga sempat merasa sedikit jadi pusat perhatian, terutama dari warga lokal orang tua. Meskipun hijab udah bukan hal yang aneh lagi bagi generasi muda di Seoul, beberapa orang tua masih terheran-heran lihat aku pakai hijab, mereka kayak nemu sesuatu yang baru haha!

Tapi, menurutku itu ya wajar aja sih. Setiap budaya kan punya pandangan dan pengalaman yang berbeda, dan aku juga lagi ada di negara orang lain, jadi hal-hal kayak gini adalah bagian dari pengalaman yang seru dan menarik untukku!!

*) Bandung 27 April 2025
*) Penulis mahasiswa Pendidikan Bahasa Korea UPI Bandung

Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5