Oleh: M N Fazri

Seorang filsuf Socrates pernah berkata, hati nurani adalah sumber kebaikan dan kebahagiaan, sehingga mengikuti hati akan membawa kebahagiaan. Hal tersebut, jika dicermati lebih dalam, membawa kita pada sebuah pertanyaan, bagaimana hati nurani itu bisa muncul dan menarik diri kita agar mengikutinya?

Hati nurani adalah ruang hampa. Dalam pandangan atomis, ruang hampa tidak hanya sebagai “jarak” antara atom, tetapi juga sebagai “medium” yang memungkinkan gerakan dan perubahan. Ruang kosong ini memungkinkan atom-atom untuk berpindah, berkoalisi, dan membentuk berbagai struktur.

Ruang hampa dalam kehidupan sehari-hari adalah pertanyaan sederhana. Untuk apa kita hidup, hari ini kita mau apa, hal apa yang bisa kita lakukan atau mengapa harus begini dan begitu? maka, mengasah ruang hampa menjadi syarat penting untuk membentuk struktur.

Hal sederhana yang bisa lakukan adalah menyibukkan diri untuk membuat karya. Karya dalam arti sebuah pencapaian atau hasil dari apa yang kita lakukan. Tidak hanya berbentuk barang, benda atau sesuatu yang berwujud. Karya juga bisa diartikan sebagai pencapaian atas apa yang kita lakukan.

Sebagai contoh, kita mampu membersihkan kamar setiap bangun tidur, itu adalah bagian dari karya. Kita bisa bergabung dengan komunitas sosial untuk mengadakan program, itu pun bagian dari karya. Dan masih banyak contoh lainnya. Melalui karya tersebut, ruang kosong terisi dengan kepuasan batiniah, yang berfungi sebagai pengendali pikiran kotor/nafsu bejat.

Namun, keadaan tersebut tidak serta merta berhasil sempurna tanpa dibarengi dengan komitmen dan konsisten. Perlu pembiasaan dan dukungan dari sekitar, baik lingkungan, teman dan keluarga. Agar tidak rapuh oleh pengaruh luar yang membahayakan.

Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5