
Oleh: Naufal Nabilludin
Orang besar membicarakan ide, orang biasa membicarakan peristiwa, sedangkan orang bodoh membicarakan orang lain?
Dari mana kata-kata itu berasal, siapa yang mengucapkannya, mungkin tidak terlalu penting. Yang lebih penting adalah merenungkan isinya.
Saya pertama kali mendengar kalimat ini dari Mas Gol A Gong saat diskusi di Rumah Dunia. Sejak itu, saya mulai merenung: apakah circle saya, atau teman-teman saya, termasuk yang mana? Membicarakan ide, peristiwa, atau orang lain?
Ini perlu menjadi renungan bersama.
Saya memperhatikan, ada beberapa kelompok teman yang kadang sibuk membicarakan keburukan orang lain, yang juga sesama teman. Padahal, dirinya sendiri pun tidak luput dari kesalahan.
Dalam Islam, hal ini disebut ghibah — yang dalam satu riwayat digambarkan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Sebuah gambaran yang seharusnya cukup untuk membuat kita ngeri, tapi entah kenapa, tetap sering kita abaikan.
Yang lebih mengkhawatirkan, di era media sosial ini, fenomena membuka aib justru semakin menjadi-jadi. Banyak orang dengan sengaja mengumbar kejelekan dirinya sendiri, bahkan keluarganya.
Aib yang dulu kita sembunyikan rapat-rapat demi menjaga kehormatan, kini justru dipamerkan tanpa malu. Seakan-akan membuka aib menjadi sesuatu yang biasa, lumrah, dan bahkan dicari.
Ketika aib menjadi konsumsi publik, pembicaraan tentang keburukan orang lain pun semakin liar dan tidak terkendali. Orang-orang saling berbagi gosip, memperbincangkannya, menertawakannya, dan tanpa sadar, membiarkan kualitas diri mereka ikut tergerus. Padahal apa yang kita konsumsi — termasuk apa yang kita bicarakan — perlahan membentuk siapa diri kita.
Kalau setiap hari kita mengkonsumsi gosip, jangan heran kalau hidup kita dipenuhi prasangka, iri hati, dan kegelisahan. Kalau setiap hari kita membicarakan keburukan orang, jangan kaget kalau kita sendiri sulit berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.
Karena itu, saya percaya, kita perlu lebih selektif dalam memilih circle. Kita perlu mencari, atau bahkan membentuk, kelompok yang mempunyai kebiasaan membicarakan ide. Kelompok yang setiap kali bertemu, berbicara tentang gagasan, tentang mimpi, tentang langkah nyata untuk memperbaiki diri dan memperbaiki dunia. Kelompok yang diskusinya membuat kita pulang dengan pikiran yang lebih jernih, bukan hati yang lebih keruh.
Setiap kali bertemu, bicara ide.
Setiap kali ngobrol, bicara ide.
Itu penting, mungkin lebih penting daripada yang kita sadari.
Karena pada akhirnya, apa yang kita bicarakan, apa yang kita pikirkan, dan apa yang kita bagikan, akan membentuk siapa diri kita.
Dan masing-masing dari kita, bertanggung jawab atas pilihan itu.