Oleh: Muhzen Den

Menonton film merupakan aktivitas literasi yang menghibur dan juga cerdas. Sebab, kita menyaksikan adegan tiap adegan film dengan cermat tanpa meninggalkan pola berpikir. Bahkan, jika film tersebut berasal dari alih wahana dari novel ke film, maka kita seolah-olah kurang puas dan siap menginformasikan dengan teks cerita versi novel.

Namun, ada juga orang yang terngiang-ngiang dan penasaran terus dengan film yang telah ditontonnya. Bahkan, bisa berulang kali menonton meskipun jalan cerita dan karakter tokohnya sudah tahu.

Tiap penonton punya kebiasaan dan cara memahami pesan yang ada di tiap film. Jika dia seorang penulis atau pengulas film, akan mencari adegan menarik untuk dijadikan kutipan dalam tulisan atau diingat-ingat di dalam pikiran. Namun, ada juga menonton untuk kesenangan tanpa berpikir apa pesan yang telah dia dapatkan dari aktivitas tersebut.

Hal ini ternyata menarik para psikolog untuk menelitinya. Mencari tahu apa yang tengah terjadi oleh para penonton atau penikmat film yang menonton film berulang kali atau sekali cukup.

Dikutip dari Psychology Today seperti dilansir laman Bojonegoro.jawapos.com, kebiasaan menonton film yang sama berulang kali berkaitan erat dengan kebutuhan emosional tertentu, mekanisme relaksasi, dan karakter kepribadian seperti keterbukaan terhadap pengalaman atau tingkat kecemasan yang dimiliki seseorang.

  1. Pencarian Kenyamanan Emosional

Bagi banyak orang, menonton film yang sama berulang kali berfungsi sebagai “selimut emosional”. Film yang sudah diketahui alurnya menciptakan rasa aman dan stabil, sangat menenangkan terutama di saat seseorang merasa tertekan atau cemas. Tanpa ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi, individu dapat menikmati momen-momen favoritnya tanpa rasa khawatir.

Dalam psikologi, hal ini disebut sebagai “kontrol prediktif”, karena orang merasa lebih nyaman ketika mereka tahu persis apa yang akan terjadi. Ketidakpastian dalam hidup nyata sering kali menimbulkan stres sehingga menonton film yang sudah akrab menjadi semacam ritual menenangkan untuk menjaga keseimbangan emosional.

  1. Keterikatan Emosional dan Nostalgia

Film tertentu sering kali terkait dengan kenangan spesifik, seperti masa kecil, momen bahagia, ataupun hubungan penting. Menonton ulang film tersebut membantu menghidupkan kembali emosi positif yang pernah dirasakan. Ini mirip dengan mendengarkan lagu favorit dari masa lalu.

Nostalgia dalam psikologi terbukti meningkatkan suasana hati, memperkuat identitas diri, dan memberikan rasa koneksi terhadap masa lalu. Oleh karena itu, kepribadian yang lebih sentimental atau reflektif cenderung memiliki kecenderungan lebih besar untuk menonton ulang film favorit mereka.

  1. Strategi Coping terhadap Stres

Beberapa orang menggunakan aktivitas menonton ulang film sebagai mekanisme coping untuk menghadapi tekanan hidup. Karena film tersebut memberikan pengalaman yang bisa diprediksi, hal ini membantu menurunkan tingkat kortisol atau hormon stres dalam tubuh.

Menurut Psychology Today, mekanisme ini lebih banyak ditemukan pada individu dengan tingkat neurotisisme yang lebih tinggi, yaitu kecenderungan mengalami emosi negatif seperti kecemasan dan ketakutan. Dengan menonton film yang sama, mereka bisa merasa kembali mengendalikan emosinya.

  1. Karakteristik Kepribadian: Rendah dalam Pencarian Sensasi

Orang yang sering menonton film berulang-ulang cenderung memiliki skor rendah dalam trait “pencarian sensasi” (sensation-seeking). Artinya, mereka tidak terlalu mencari pengalaman baru atau ketegangan tinggi, dan lebih menyukai stabilitas.

Berbeda dengan mereka berjiwa petualang yang selalu mencari film baru, individu dengan pencarian sensasi rendah lebih menghargai rasa akrab, stabil, dan dapat diprediksi yang diberikan oleh film telah dikenal. Ini adalah bentuk lain dari “comfort zone” psikologis.

  1. Pengalaman Berbeda dari Film yang Sama

Menariknya, walaupun alur ceritanya tidak berubah, orang bisa mendapatkan pengalaman berbeda setiap kali menonton ulang. Perspektif baru, kondisi emosional saat itu, atau aspek kecil yang dulu terlewat bisa membuat film terasa berbeda. Ini menunjukkan adanya keterbukaan terhadap pengalaman dalam kadar tertentu, meskipun dalam kerangka aman dan dikenal. Dengan kata lain, menonton ulang film bisa menjadi sarana refleksi diri dan pertumbuhan emosional yang halus.

Nah, kamu berada di bagian kepribadian yang mana saat menonton film untuk yang kedua kali atau berulang-ulang. Sebab, menonton film selain menghibur juga mengobati luka dalam diri kita. Yuk, film apalagi yang belum kalian tonton!

Please follow and like us:
error72
fb-share-icon0
Tweet 5