
Oleh: Zaeni Boli
Apalagi yang lebih menggembirakan daripada kabar-kabar sukses? Dalam hati ingin menahan, tapi waktu tak bisa ditahan. Memiliki sahabat yang bisa diandalkan menjadi candu, dan saat tiba waktunya harus berpisah, mau tidak mau ada rasa sedih yang tertahan di tenggorokan. Rasanya sudah lama tak lagi merasakan ini.
Dia hanya pergi ke pulau seberang untuk meraih masa depan yang lebih baik, mendapatkan jodoh yang ia inginkan.


Ah, sial. Saat hati mulai berani melepaskan, eh, dia malah bilang bahwa kita semua—teman-teman dan gurunya—adalah keluarga. Apalah daya, jatuh juga air mata.
Perpisahan itu berat, tak ada yang benar-benar kuat, apalagi jika kau tinggalkan hatimu di sini, terlalu banyak kenangan di tiap sudut tempat biasa kau berada.


Akhir-akhir ini, sambil ngopi dan menghisap rokok, kita tertawa bersama sambil berkata: “Laki-laki tidak bercerita.” Secepat itu waktu memangkas pertemuan.
Laki-laki tidak bercerita; tangisnya tertahan di tenggorokan, kenangannya membekas menjadi rindu bagi kawan-kawannya yang merindukan kehadirannya.

Tapi takdir mesti berlaku bagi setiap kita. Semoga ada keindahan di tempat lain, sobat.
Setiamu abadi dalam cerita kami.
Adalah sahabat kami, Syarifin An Alwi dan Sinta Betan, dua guru hebat yang pengabdiannya pada SMK Sura Dewa meninggalkan haru yang dalam, pada 28 April 2025.

