Oleh: Justicia

Pasar, yang merupakan tempat belanja tradisional kebutuhan sehari-hari, sering dikunjungi dan menjadi hal yang lumrah jika tempatnya selalu ramai dan penuh. Pergi ke pasar itu harus pagi—subuh bahkan—sebelum matahari menunjukkan cahayanya. Karena lewat dari jam itu, barang-barang dagangan pun bisa hanya tinggal sisa.

Di pasar, tidak hanya ibu rumah tangga yang berbelanja untuk kebutuhan harian atau memasak hari itu. Ada juga para pedagang kecil yang mengambil pasokan jualannya dari pasar, pedagang makanan jadi untuk sarapan, atau para kucing yang berpatroli di sekeliling pasar.

Pasar memiliki pesonanya sendiri. Sebagian pasar becek, sebagian lagi lebih bersih—berisik, bau, dan ramai—namun tumpukan warna-warni sayuran dan buah memberikan kesegaran pada mata dan rasa puas melihat hasil bumi tanah pertiwi. Ikan-ikan berbagai jenis, dari ikan laut hingga ikan air tawar, daging sapi, ayam, bebek dengan segala bagiannya, juga isiannya, memenuhi aroma sekitar dan menawan dengan kesegarannya.

Berada di pasar itu seakan berada di mesin waktu. Masuk pasar ketika langit masih gelap, dan ketika keluar, cahaya hangat matahari menyambut dengan silau terangnya. Tak terasa, waktu begitu lama habis di dalam pasar—bukan hanya karena banyak pilihan yang membuat belanja jadi lebih lama, tapi juga karena obrolan-obrolan ramah di setiap warung yang dikunjungi.

Peraturan tak tertulis saat berbelanja ke pasar adalah membawa uang “pas-pasan”—bukan berarti harus pas dengan harga barang, tapi pas sesuai kebutuhan saja. Jika tidak, sering kali lapar mata menyerang dan belanja pun jadi tak karuan—terlalu banyak pilihan bisa berarti terlalu banyak keinginan juga.

Larut dalam huru-hara pasar menjadikannya seakan memiliki jalur waktunya sendiri, seperti perputaran waktu di luar bumi berbeda dengan waktu di dalamnya. Di dalam pasar, waktu terasa lebih lambat bergerak. Namun ketika keluar, betapa terkejutnya kita—ternyata waktu telah lama berlalu.

Bagi yang sudah terbiasa ke pasar—para ibu-ibu, terutama—mereka sudah punya perkiraan dan batasan waktu saat belanja. Selain itu, mereka membawa daftar belanjaan dan sudah punya tempat langganan, jadi tahu ke mana harus pergi tanpa harus keliling lama. Tapi bagi pemula, pasar bisa menjadi tempat yang overwhelming—membingungkan, dengan terlalu banyak pilihan, belum tahu mana tempat terbaik, dan belum punya kenalan langganan. Butuh waktu untuk terbiasa dengan keadaan dan cara komunikasi di pasar. Tapi belanja di pasar tradisional memang lebih menyenangkan. Selain banyak pilihan, interaksinya pun lebih berkesan.

Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5