Oleh: Naufal Nabilludin

Dari SD sampai kuliah, kita sering diajarkan bagaimana cara mencari uang—belajar yang rajin biar bisa kerja bagus. Tapi hampir nggak pernah ada yang benar-benar mengajarkan bagaimana cara mengelola uang.

Ini sebenarnya masalah yang cukup serius, apalagi kalau lihat realitas hari ini: banyak orang terjebak dalam kondisi finansial yang buruk. Ada yang gajinya besar tapi selalu merasa kurang, ada juga yang sampai kelilit pinjol dan paylater karena belanja tanpa perhitungan.

Padahal, belajar ngatur keuangan nggak harus nunggu gaji besar. Justru karena penghasilan masih pas-pasan, kita harus pintar-pintar mengelola dari sekarang. Beberapa waktu lalu saya ikut kelas Getting to Know About Money dari MySkill, dan dari sana, saya belajar banyak hal penting soal manajemen keuangan. Bukan teori rumit, tapi tips praktis yang bisa langsung diterapkan.

1. Catat Pemasukan dan Pengeluaran

Awalnya saya pikir, “Ngapain sih repot-repot nyatet? Kan tahu kira-kira uang habis buat apa.” Tapi ternyata, “kira-kira” itu musuh utama dompet. Setelah mulai mencatat, saya baru sadar kalau kebocoran kecil itu nyata—dan sering datang dari hal-hal kecil seperti jajan atau ongkir impulsif yang nggak terasa.

2. Tentukan Budget Mingguan

Sejak mencoba sistem budget mingguan, saya merasa lebih punya kendali atas uang sendiri. Bukan cuma membantu mengatur pengeluaran harian, tapi juga mengurangi rasa panik menjelang akhir bulan. Rasanya seperti punya rem yang bikin saya tahu kapan harus berhenti dan kapan boleh sedikit ‘gas’.

3. Atur Prioritas Setiap Bulan

Setiap awal bulan, saya biasakan menentukan prioritas. Misalnya bulan ini harus menyelesaikan cicilan laptop, maka keinginan beli yang lain bisa ditunda dulu. Menentukan prioritas bukan berarti pelit, tapi tahu mana yang lebih penting didahulukan. Dan ternyata, itu bikin hati lebih tenang karena nggak semua hal harus dikejar sekaligus.

4. Cari Side Hustle

Saya juga mulai sadar bahwa satu penghasilan kadang belum cukup untuk semua kebutuhan. Jadi saya coba eksplorasi side hustle—mulai dari freelance nulis, bantu-bantu desain, dan yang lainnya. Nggak langsung besar hasilnya, tapi bisa bantu menutup pengeluaran tambahan atau masuk ke tabungan. Kadang rezeki datang dari tempat yang nggak disangka-sangka.

5. Bandingkan Sebelum Beli Barang Besar

Dulu saya sering langsung beli kalau sudah merasa “butuh banget”. Sekarang saya belajar untuk tahan sebentar, riset dulu, bandingkan harga, lihat ulasan, dan berpikir ulang—ini benar-benar dibutuhkan atau cuma keinginan sesaat? Karena keputusan impulsif bisa jadi penyesalan jangka panjang.

6. Waspadai Promo dan Diskon

Diskon itu sering kali dibungkus manis, padahal bisa jadi jebakan. Saya pernah beberapa kali tergoda “50% off hari ini saja!”, padahal sebelumnya nggak ada niat beli barang itu. Sekarang saya belajar satu hal penting: kalau kita nggak butuh dari awal, diskon bukan rezeki—itu racun.

7. Menabung Secara Disiplin dan Konsisten

Menabung bukan soal sisa, tapi soal niat. Ini yang paling susah buat saya, tapi juga paling penting. Walaupun nominalnya kecil, yang penting rutin. Menabung itu semacam investasi perlahan untuk rasa aman di masa depan. Dan itu layak diperjuangkan.

Penutup:

Saya masih belajar. Kadang masih tergoda beli hal-hal di luar rencana, masih bolong nyatet pengeluaran, masih suka kelepasan jajan. Tapi dari proses ini, saya makin paham satu hal: keuangan yang sehat bukan datang dari gaji besar, tapi dari kebiasaan kecil yang dijaga terus-menerus.

Kalau bukan kita yang belajar ngatur uang dari sekarang, bisa jadi nanti uang yang akan ngatur hidup kita.

Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5