Oleh: Naufal Nabilludin

Sebagai anak muda, saya pernah begitu menggebu-gebu saat pertama kali mengenal dunia personal finansial, terutama soal investasi. Rasanya seperti menemukan harta karun tersembunyi yang tidak pernah diajarkan di sekolah, tidak juga dibicarakan di rumah atau lingkungan sekitar. Reksadana, obligasi, saham—semuanya saya pelajari dengan penuh semangat. Kadang-kadang saya coba investasi kecil-kecilan, sekadar eksperimen dan uji nyali.

Tapi kalau dipikir-pikir sekarang, agak lucu juga. Saya belum punya penghasilan tetap, tapi sok-sokan belajar investasi keuangan. Padahal ada bentuk investasi yang jauh lebih tepat dan relevan buat saya saat itu: investasi untuk pengembangan diri—atau kalau kata orang-orang, investasi leher ke atas.

Buku Rando KIM

Rando Kim dalam bukunya Time of Your Life menulis bahwa anak muda belum saatnya investasi keuangan jika belum punya pemasukan yang stabil. “Anak muda belum saatnya investasi keuangan, lebih baik investasi ilmu yang return-nya berkali-kali lipat,” begitu katanya.

Saya pun mengangguk setuju, apalagi setelah mengalami sendiri yang dimaksud Rando Kim. Hal serupa juga saya dengar langsung dari Pak Tung Desem Waringin saat ikut seminar Finansial Revolusion tahun 2021. Menurut beliau, investasi leher ke atas memang tampak seperti pengeluaran konsumtif, tapi hasilnya bisa jauh melampaui uang yang kita keluarkan. Bahkan bisa jadi pintu masuk rezeki.

Begitu juga yang sering diucapkan Mas Gong saat memberikan motivasi literasi. “Kalau kamu cuma kasih makan perutmu, maka akan berakhir di toilet. Tapi kalau kamu kasih makan kepalamu, maka akan jadi ilmu dan bermanfaat bagi orang lain.” Ucapannya itu semacam tamparan halus tapi mengena.

Tahun 2023, saya mulai serius mengalokasikan uang bukan untuk beli saham atau kripto, tapi untuk ikut kelas menulis di Rumah Dunia dan Tempo Institute. Biaya kelasnya bervariasi, mulai dari Rp100.000 sampai Rp300.000. Saya ikut lima kelas dengan total biaya kurang dari Rp1 juta. Tapi dari situ saya dapat return 14 kali lipat: diterima magang di detikJabar lewat program MSIB batch 6 dari Kemendikbudristek.

Tidak ada instrumen investasi keuangan yang bisa kasih return sebesar itu. Dan itu baru dari satu pintu. Saya juga rutin menyisihkan uang untuk beli buku baru setiap bulan. Buat saya, itu juga bagian dari investasi leher ke atas yang sering kali tidak disadari orang punya imbal hasil luar biasa.

Setelah punya bekal ilmu yang cukup dan mulai menghasilkan uang, barulah saya belajar lagi soal instrumen investasi keuangan. Tentunya, disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan finansial pribadi. Tapi saya belajar satu hal penting: jangan buru-buru tanam uang, kalau kepala masih kosong.

Please follow and like us:
error72
fb-share-icon0
Tweet 5