Oleh: Zaeni Boli

Butuh keberanian dan nyali, mungkin, untuk bisa mencoba hal tersebut. Menurut saya, ada banyak seniman potensial di Flores Timur, namun tak banyak yang memiliki keberanian untuk mencoba hal baru. Ada banyak alasan yang menyertainya. Ya, untuk mencoba Residensi Seniman memang dibutuhkan nyali—paling tidak, berani untuk mendaftar.

Ada banyak kabar tentang program residensi seniman, namun kabar-kabar itu sering kali menguap begitu saja karena tak banyak seniman Flores Timur yang berani mengambil peluang tersebut. Ah, andai saja saya masih muda, saya akan memberanikan diri untuk mencoba. Karena, ketika kita berani berinteraksi dengan ekosistem kesenian di Indonesia, maka peluang-peluang selanjutnya akan terbuka. Dan ketika kita terus belajar, seni pertunjukan di Flores Timur pun akan semakin berkembang, tidak hanya bertumpu pada satu-dua kelompok saja, melainkan juga merata ke kelompok-kelompok kecil lainnya.

Memang, untuk mendaftar, kita membutuhkan rekam jejak karya yang baik, serta kemampuan untuk membicarakan ide dan menuliskannya dengan pembiasaan-pembiasaan tertentu. Maka, hal tersebut bukanlah sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan.

Secara pribadi, saya melihat potensi besar pada seniman muda Flores Timur, terutama mereka yang merupakan jebolan Seminari, yang secara kultural literasi mereka telah tumbuh subur. Yang kurang hanya keberanian untuk mendaftar. Andai mereka berani, maka Flores Timur akan memiliki lebih banyak lagi seniman seni pertunjukan yang mumpuni—terutama di bidang yang masih sangat dibutuhkan di berbagai tempat, khususnya di sekolah-sekolah yang belum memiliki guru seni, tentunya.

Saya sendiri, sebagai seniman yang hampir tua, terakhir kali mengikuti Residensi Seniman pada tahun lalu di Bali, dalam agenda Aktor Partisipatif Lab Teater Ciputat bersama para seniman muda dari seluruh Indonesia.

Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5