
Oleh: Zaeni Boli
Sebenarnya, siapa yang lebih bersedih dari sebuah perpisahan: yang meninggalkan atau yang ditinggalkan? Bisa jadi keduanya bersedih. Tapi mungkin, dari sebuah perpisahan, yang ditinggalkanlah yang lebih merasakan kesedihan. Ada kenangan-kenangan yang tertinggal di sudut-sudut ruang, saat kita tak lagi menemukan sosok yang dirindukan.
Meski kehidupan mesti terus berjalan, tapi kesedihan pun mesti tumpah, meski air mata mungkin sudah mengering. Rasa lara juga menjalar di relung hati.
Setiap anak yang sedang menjalani studi, saat waktunya tiba, ia akan pergi. Ia akan membawa kisahnya untuk kita kenang. Tak selalu kenangan baik—yang tak baik pun menjadi bagian untuk dikenang. Ada yang bertumbuh dalam perjalanan menekuni ilmu. Ada yang makin dewasa, ada yang makin cantik dan ganteng. Ada pula yang masih bingung arah.
Namun, perjalanan bersama kami, para guru mereka, harus berakhir. Untuk kemudian melanjutkan perjalanan yang belum usai.
Kenangan yang tertinggal menjadi bagian cerita yang indah—juga bahan evaluasi untuk kembali berpikir, mencari yang terbaik dalam mendidik anak bangsa.
Murid yang baik akan mengenang jasa gurunya. Namun guru yang baik akan memberikan teladan yang baik.
Mari kita berpisah dengan hati yang lapang, sambil terus mendoakan hal-hal yang baik.

