Oleh: Zaeni Boli

Hal ini sudah banyak disampaikan dalam forum-forum maupun diskusi ringan. Meski tenun ikat Flores Timur masih sangat digemari oleh semua lapisan masyarakat, para pengrajin tenun ikat sendiri justru semakin berkurang. Di beberapa tempat di Flores Timur, para pengrajin perlahan menghilang atau jumlahnya menyusut drastis. Hal ini mengakibatkan kekhawatiran akan hilangnya tenun ikat dari daerah tersebut.

Sudah ada berbagai upaya pelestarian, seperti pembentukan kelompok-kelompok tenun di tiap daerah. Namun, tidak semua kelompok mampu bertahan. Salah satu penyebabnya adalah menurunnya minat untuk mengerjakan tenun ikat. Para pengrajin yang tersisa sebagian besar berasal dari kalangan lanjut usia, sementara generasi muda tampak kurang tertarik untuk mempelajarinya.

Meski demikian, terdapat beberapa sekolah di Flores Timur yang menjadikan pembuatan tenun ikat sebagai bagian dari proyek P5 mereka. Di antaranya adalah SMPK St. Isodorus dan SMPN 1 Panca Marga. Sementara itu, SMK Sura Dewa melalui pembelajaran Muatan Lokal (Mulok) juga memfokuskan pada pengenalan kembali tenun ikat.

Upaya-upaya kecil ini diharapkan mampu menjaga eksistensi tenun ikat agar tak lekas punah. Dengan mengajak anak-anak untuk kembali mengenal tenun ikat, semoga tumbuh rasa cinta yang melekat, hingga mereka—generasi muda—mau turut menekuni tenun ikat sebagai warisan budaya yang kita miliki.

Selain itu, ada pula kelompok-kelompok tenun ikat di Flores Timur yang terus menjaga asa agar tenun ikat kembali dicintai dan dilestarikan. Di antaranya adalah Kelompok Tenun Ikat Tonu Wujo dan Rumah Tenun Milenial.

Please follow and like us:
error72
fb-share-icon0
Tweet 5