Oleh Muhzen Den

Dulu saya pernah punya peliharaan kucing warna cokelat-oranye. Kucing itu saya pungut saat masih kecil di jalan. Kucing itu saya beri nama Raka. Si Raka menjadi penjaga rumah dari gangguan tikus-tikus. Emang benar, setelah saya pelihara si Raka, tikus-tikus jarang menampakkan hidungnya. Sekalinya muncul, Raka siap menerkam.

Namun, kebersamaan saya dengan si Raka harus terpisah saat Raka sudah mulai pubertas dan suka kucing betina. Dari situ, Raka jarang pulang ke rumah sehingga tikus-tikus mulai bermunculan. Setelahnya, Raka benar-benar pergi dari rumah dan tak pernah kembali. Padahal, saya sangat senang punya kucing ini.

Nostalgia saya terhadap Raka seolah terpenuhi saat menonton film Garfield. Film animasi kartun tokoh kucing berwarna cokelat-oranye. Tingkah lakunya yang lucu dan terkadang berbeda dengan kucing-kucing lainnya.

Sebenarnya, setiap kucing sama jenisnya. Hanya saja, yang membedakan adalah bulu-bulunya. Nah, kenapa kucing berwarna oranye atau biasa disebut si Oyen tampak beda. Selain punya ciri khas dari bulu-bulunya, juga punya sifat yang unik.

Dikutip dari kompas.com, para ilmuwan dari Stanford Medicine dan Universitas Kyushu berhasil memecahkan misteri bulu ini. Jawabannya tersembunyi dalam satu gen yang selama ini “bersembunyi”—Arhgap36. Gen ini menunjukkan perilaku tak biasa pada kucing oranye, menyebabkan pigmen bulu mereka berubah menjadi jingga terang.

Mengapa Kucing Oranye Itu Langka?

Para ilmuwan sejak lama mengetahui bahwa warna oranye pada kucing berkaitan dengan kromosom X. Karena itu, kucing jantan (dengan satu kromosom X) hanya perlu satu salinan gen oranye untuk menampilkan bulu jingga mereka.

Namun pada kucing betina, dibutuhkan dua salinan gen oranye agar bisa sepenuhnya berwarna jingga. Jika hanya satu, mereka akan menjadi kucing calico atau tortoiseshell dengan corak mozaik campuran oranye, hitam, dan putih.

“Pada banyak spesies yang memiliki pigmen kuning atau oranye, mutasi biasanya terjadi pada dua gen tertentu, dan tidak ada yang terkait dengan kromosom seks,” jelas Christopher Kaelin, ilmuwan genetika utama dalam studi ini.

Misteri Genetik Warna Bulu Kucing

Kaelin dan timnya curiga bahwa jawabannya tersembunyi di salah satu gen pada kromosom X. Mereka pun mengumpulkan sampel DNA dari klinik sterilisasi dan membandingkan kucing oranye dengan yang tidak. Hasilnya: ditemukan 51 varian genetik yang mungkin bertanggung jawab atas warna oranye. Dari sana, mereka menyaringnya menjadi tiga kandidat utama. Dan satu gen mencolok: Arhgap36.

Mutasi kecil berupa penghapusan dalam gen ini ternyata mengaktifkan Arhgap36 dalam sel pigmen. Biasanya, gen ini hanya aktif dalam jaringan saraf dan sel kanker. Namun pada kucing oranye, gen ini menjadi “berisik”—aktif di tempat yang tidak seharusnya.

“Arhgap36 tidak muncul dalam sel pigmen tikus, manusia, atau kucing non-oranye,” kata Kaelin. “Mutasi ini membuatnya menyala di sel pigmen, tempat di mana ia seharusnya tidak aktif.”

Dominasi Jantan dalam Warna Oranye

Karena gen oranye terletak di kromosom X, tak heran jika sebagian besar kucing oranye adalah jantan. Seekor jantan hanya membutuhkan satu gen oranye, sedangkan betina memerlukan dua.

Jika hanya satu gen yang diwarisi oleh betina, maka sel-sel tubuhnya akan mengekspresikan gen hitam dan oranye secara acak, menciptakan corak tortoiseshell yang unik—sebagaimana suasana hati kucing yang tak bisa ditebak.

Lebih dari Sekadar Warna

Menariknya, Arhgap36 juga dikaitkan dengan perkembangan saraf dan kanker pada hewan lain. Sasaki pun penasaran: apakah gen ini juga memengaruhi perilaku kucing?

“Banyak pemilik kucing bersumpah bahwa warna bulu kucing mencerminkan kepribadiannya,” katanya. “Belum ada bukti ilmiah, tapi ini ide menarik yang ingin saya eksplorasi lebih lanjut.”

Tim Sasaki bahkan menemukan bahwa gen ini aktif di berbagai jaringan tubuh, bukan hanya kulit. Apakah ini berdampak pada perilaku atau kesehatan? Jawabannya masih jadi misteri yang menunggu untuk diungkap.

Awal dari Sebuah Penemuan

Penemuan Arhgap36 sebagai gen oranye adalah titik awal. Sasaki berambisi merekonstruksi mutasi ini dalam kultur sel kucing agar bisa diamati langsung. Sementara itu, Kaelin ingin memetakan jalur molekuler lengkap yang menjelaskan bagaimana satu mutasi kecil bisa mengubah sel pigmen biasa menjadi bulu jingga cerah.

Dari jalanan kuno Mesir hingga laboratorium modern, kucing oranye membawa warisan genetik lebih dalam dari sekadar warna. Penelitian ini tak hanya membuka rahasia bulu jingga, tapi juga membuka peluang untuk memahami genetika pigmentasi dan dampaknya bagi kesehatan manusia.

Please follow and like us:
error70
fb-share-icon0
Tweet 5