
Bintang malam berkelap-kelip di tengah langit, suara jangkrik dan cecak saling bersahutan. Aku yang sedang gelisah menantimu pulang merasa seolah mendapat hiburan gratis dari suara-suara itu.
Tak lama, terdengar suara mobil berhenti di halaman rumah. Kulihat dari jendela ruang tamu, kamu turun dengan wajah penuh kelelahan. Hmm, kasihan sekali kamu, Sayang. Mencari nafkah sampai begini lelahnya.
“Kenapa pulangnya larut sekali?” tanyaku membuka pintu depan sambil mengambil tasmu.
“Tadi kebetulan ada klien dari Arab Saudi, ingin menitipkan saham di perusahaan,” jawabmu sambil tetap tersenyum meski dengan wajah yang terlihat lelah.
“Ayo masuk, makan dulu. Sudah kubuatkan sayur lodeh kesukaanmu,” ajakku manja.
“Bintang sudah tidur?” kamu bertanya tentang Bintang, harapan kita, yang masih berumur 4 tahun.
Aku hanya mengangguk.
Setiap hari seperti ini. Saat Bintang masih tidur, kamu sudah berangkat bekerja, Sayang. Ketika kamu pulang, Bintang sudah tidur lagi. Kasihan, selama 2 tahun ini Bintang tidak pernah bercanda dan bermanja kepadamu seperti anak-anak lainnya.
Sebenarnya, hatiku sedih melihatmu bekerja keras sampai tubuhmu nyaris tumbang demi aku dan Bintang. Tapi mau bagaimana lagi? Salah satu dari kita harus ada yang mengurus Bintang, harapan kita berdua.
Meski karirmu melesat, jabatanmu tinggi di perusahaan, kamu tak pernah bersikap aneh-aneh. Awalnya aku takut kamu selingkuh seperti cerita yang sering kubaca di sosial media, karena kamu begitu menawan, berhati baik, siapa yang tak tergoda denganmu? Tapi aku sangat bersyukur, kamu tidak pernah tergoda dengan hal-hal seperti itu, kamu tetap mencintaiku, tetap menghargai keberadaanku.
Kamu mendorong kursi rodaku menuju meja makan. Aku sudah 2 tahun ini lumpuh karena kecelakaan lalu-lintas, kamu tetap bersabar. Kamu duduk dan menarik mangkuk yang bersi sayur lodeh.
Kamu menyuap sayur lodeh dengan hati-hati. “Ayah, hmmm,” kamu menatapku. “Sayur lodehnya kok terasa hambar? Ayah lupa ngasih garam, ya?” tanyamu sambil tersenyum.
“Oh, ya?” Aku jadi malu. “Tadi, seharian Bintang rewel sekali, Bu. Tidak mau ditinggal,” jawabku sambil tertawa kecil.
Kamu juga ikut tertawa.
***


Asih Purwanti, seorang ibu rumah tangga dengan dua balita tinggal di Kabupaten Kuningan, masih belajar menulis tapi sudah lama jatuh cinta pada dunia menulis sejak SD. Saat ini, aktif mengirim karya ke media, karya-karyanya berupa cerpen dan resensi buku sering dimuat di media daring seperti magrib.id, idntimes, dan yoursay.id.

FIKSI MINI: Hadir setiap minggu mulai Juni 2025. Terbit hari Senin. Kita tahu, fiksi mini sedang trend. Silakan mengirimkan fiksi mini karyamu. Satu lokasi, satu waktu, ada plot twist saat endingnya. Antara 250-500 kata. Silakan kirim fiksi minimu ke golagongkreatif@gmail.com dan gongtravelling@gmail.com, subjek: fiksimini. Sertakan bionarasimu 5 kalimat, foto dirimu, dan ilustrasi yang mendukung. Ada uang ganti pulsa alakadarnya Rp. 100.000,- dari SIP Publishing. Selamat menulis.

