Orakadut dari Kota Golokali pandai membaca peluang. Sementara teman-temannya membuka bisnis umroh dan kuliner, Orakadut membuka usaha pencucian uang di kawasan bisnis ternama di Jakarta. Dia menjual semua aset di kampungnya berupa harta tidak bergerak ke mana-mana untuk memodali bisnisnya ini.

Baru saja dibuka pagi, siangnya langsung antrean mengular. Konsumen pertama membawa koper. Jas dan dasinya penuh lumpur. Orakadut membuka kopernya. Isinya uang kertas seratusan ribu yang penuh lumpur juga.
“Kenapa uangnya kotor begini, Pak?” Orakadut menimbang koper itu.
“Saya pulang kampung ke Pandeglang. Jalannya rusak, berlubang, becek. Mobil saya tergelincir masuk sawah. Ya, akhirnya kayak ginilah. Kotor semua.”

Konsumen kedua seorang Ibu gendut dengan dandanan menor. Dari ujung rambut hingga kaki dihiasi barang-barang bermerek semua. Bibirnya juga dipoles gincu berwarna pink.
“Kenapa, Bu?”
“Ini, Mas Orakadut. Anting saya ini berlian asli, lho. Limaratus juta. Jam tangan juga. Tasnya, sepatu butnya. Semuanya asli. Saya beli di Amerika.”
“Terus, mau digimanain, Bu?”
“Tolong, cuci, ya. Terus keluarin sertifikat, bahwa barang-barang ini Ka We semua. Palsu semua. Bisa kan?”
“Apa sih yang nggak bisa buat Ibu pejabat? Asalkan harganya pantas saja, Bu.”
“Oh, beres itu! Saya berani bayar tiga kali lipat dari harga biasa!”

Konsumen ketiga adalah anak kecil. Dia membawa celengan berbentuk mobil mewah. Orakadut bingung. Apalagi ketika anak kecil itu menangis.
“Kenapa, Nak? Ayah ibumu ke mana?”
“Papa sama Mama ke Eropa nggak ngajak Tomas.”
“Terus, celengan ini mau diapain?”
“Mau dipecahin, Om! Buat beli pesawat pribadi kayak penyanyi itu ke Eropa!”
“Oh, gitu. Tomas pingin nyusul ke Eropa naik jet pribadi. Sini, sini celengannya Om pecahin, ya!”

Disaksikan pengacara si anak dan pengacara Orakadut, celengan itu dipecahkan. Isinya logam mulia penuh lumpur! Orakadut mengambil semprotan yang biasa digunakan untuk mengusir hama di tanaman. Dalam sekejap logam mulia itu bersih alias kinclong.
Si anak gembira dan berlari-lari pulang ke rumah. Pengacaranya yang sudah siap dengan mobil mewah terpaksa ikut berlari mengejarnya. Mobil mewahnya yang juga kotor dititipkan di parkiran toko cuci uang Orakadut.
“Sekalian mobilnya dicuci ya, Orakadut! Soal harga, berapa pun saya bayar. Jangan lupa, pake pewangi!” teriak si pengacara anak, berlari mengejar si anak.

Orakadut mengangguk. Dia menatap kagum ke si anak dan pengacaranya yang berlari-lari penuh sukacita.
“Anak yang lucu. Pengacara yang genius. Anak yang cerdas. Anak yang penuh kreativitas dan sangat kolaboratif. Dia adalah cotoh anak masa depan Indonesia. Dialah nanti yang akan bersaing di bonus demografi tahun 2030 hingga 2045,” Orakadut bertepuk tangan.
Pengacaranya mengangguk-angguk.
*) Serang 25 Maret 2023
