Saya mengenalnya sebagai Heri. Saat itu, 1977, saya diterima di SMPN 2 Serang. Dia kakak kelas saya satu tahun. Walau tangan kirinya buntung, dia tampak biasa saja. Wajahnya riang dan, kesan saya, agak badung.
Saat saya masuk ke SMAN 1 Serang, tahun 1980, dia juga sudah bersekolah di situ. Saat SMA itulah, sebagai pengurus OSIS, bersama Rahmat Yanto (kemudian menggunakan nama Rys Revolta), saya mengelola Mading (Majalah Dinding) sekolah. Tapi Heri malah membuat mading sendiri di kelasnya.
Selepas SMA Heri diterima kuliah di Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran Bandung. Cukup mengagetkan bagi “siswa sulit diatur” seperti Heri. Satu tahun kemudian, 1983, saya dan Yanto juga ke Bandung. Saya ke Sastra Jepang tapi tidak lolos, sedangkan Yanto diterima di Sastra Perancis. Saya kecewa sekali lalu mendaftar ke IKIP Bandung. Tapi hanya kuliah satu hari saja di sana dan memutuskan kuliah di sebuah sekolah tinggi di bilangan Dago.