Kampus-kampus seperti Universitas Negeri Jember, Universitas Pendidikan Ganesha Bali, Politeknik Internasional Bali idak mau ketinggalan. Ponpes Al-Islah Bondowoso, Kapolres Kota Tegal, Melali Bali. Juga komunitas literasi seperti Iqro Semesta, dan Guru Penggerak ikut ambil bagian.
Semangat gotong royong itu terasa sekali ketika di Flores timur. Saya meleset dalam soal agenda. Ada 5 hari 4 malam kosong, tidak ada yang memfasilitasi. Pak Hironimus – Kabid Perpustakan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Flores Timur dan Maksimus Masan Kian – Ketua PGRI Flores timur, berinisiatif menawarkan keberadaan kami. Beberapa sekolah dan kampus di Flores Timur mengundang kami untuk pelatihan menulis. Ada yang di kaki gunung, menyeberang ke pulau, dan di pelosok desa.
Setiap yang mengundang saya ikut nimbrung iuran untuk biaya penginapan dan makan selama 45 hari 4 malam, mulai dari 28 Maret hingga 1 April. Juga biaya menyeberang ke Kupang menggunakan kapal Ferry. Semuanya happy, tertasi dengan cara gotong-royong. Ada yang Rp. 500 ribu, Rp. 1 juta, hingga Rp. 1,5 juta.
Hal itu juga terjadi di Kupang. Saat kami hendak pulang harus mencari dana R. 7 juta. Itu untuk ongkos pulang dari Kupang ke Surabaya – 4 orang dan 1 mobil. Polikarpus Do dari Forum TBM NTT, Agung dari Forum TBM Kota Kupang, dan Gusty Richardo sebagai Direktur Media Pendidikan Cakrawala.
Hari Sabtu, 9 April 2022, kami diajak berkeiling Kota Kupang untuk mengisi di sekolah, kampus, dan komunitas, dari pagi hingga pukul 23:00. Dengan cara seperti itu terkumpul dana untuk pulang.