Selepas menikmati makan siang, kami kemudian menuju Pulau Kemaro. Kami naik perahu atas rekomendasi Hardi. Menurutnya tukang perahu itu sudah menjadi langganan Hardi apabila hendak pergi ke Pulau Kemaro.

“Kalau enggak kenal, kadang harga sewa perahunya main tembak saja. Kalau di tempat langganan hanya Rp.200.000,- pulang-pergi,” cerita Hardi.

Perjalanan menuju Pulau Kemaro dengan perahu berlangsung sekitar 25 menit. Perahu diombang-ambing sungai Munsi yang deras. Ada sensasi mendebarkan saat ada perahu boat lain yang melintas denga kecepatan penuh, membuat perahu kami jadi makin kuat terombang-ambing. Biasanya sang nahkoda akan mematikan mesin perahu atau memelankan laju perahu. Setelah air gelombang normal, mesin kembali dihidupkan.

Sampai di Pulau Kemaro ada sebuah kelenteng peninggalan Sriwijaya Palembang. Saya, Rudi dan Rahmat Heldy menyusuri kelenteng.

Mas Gol A Gong sudah sering ke Kemaro, memilih tidur siang beralaskan tikar di bawah pohon. Toto dan Hardi memesan kopi, ada juga yang memesan kelapa muda.

Setelah puas mengambil dokumentasi kami pun kembali pulang. Dengan perahu yang sama dan kami kembali terombang-ambing dalam keseruan di tengah-tengan sungai Musi.  *

Please follow and like us:
error17
fb-share-icon0
Tweet 5

ditulis oleh

golagong

Duta Baca Indonesia 2021-2025 - Penulis 125 buku - Motivator Menulis - Pendiri Rumah Dunia