Sebagai contoh beliau menyebutkan bahwa pada zaman peradaban Yunani, pendidikan dimaknai sebagai proses penyiapan tipe-tipe manusia, di antaranya: pemikir (pengatur negara), kesatria (pengaman negara), dan pengusaha (penjamin kemakmuran dan kesejahteraan negara). Di zaman peradaban Romawi, pendidikan dimaknai sebagai proses penyiapan manusia terbaik, yaitu sebagai orator yang mementingkan penguasaan bahasa asing, logika, retorika, geometri, fisika, astronomi, sejarah dan musik.

Halaman berikutnya, J.C Tukiman Taruna mengajak kita untuk berpikir mengenai permasalahan pendidikan tahun 2013, separuh dari pagu anggaran Kemendikbud (73 triliun) diblokir oleh Kementerian Keuangan. Nuansa Ketidakcermatan dan ketidakadilan terasa bagi mereka yang memikirkan nasib bangsa ke depannya. Adapun jawaban Tukiman dalam buku tersebut, yaitu melakukan tinjau ulang atas rancangan semula, yang mengalokasikan secara tidak adil, karena lebih dari 50% dibagi kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) tersebut. Kemendikbud harus sadar akan peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan supervisornya.

Buku ini sangat menarik untuk dibaca, sebab kata demi kata di dalamnya menggunakan unsur data, yang bisa menjadi acuan opini bagi sang penulis. Ada permasalahan dan ada juga jawabannya dalam karya tersebut, kita tidak hanya sebatas membaca realita, namun menemukan bentuk jawaban hasil penelitian dari penulis. Hal lain yang menarik adalah sub tema yang berjudul “Jauhkan Pendidikan dari Kapitalisme”, bahwa pendidikan itu harus berhasil menanamkan belarasa kepada wong cilik (golongan miskin menderita), maka penguasa ke depan harus berhasil menuntut para guru benar-benar mencurahkan seluruh perhatian kepada tertanamnya belarasa kepada wong cilik.

Sub tema lainnya, yang menarik adalah tentang “Kurikulum Berbasis Masyarakat”. Saat ini sedang membahana Pendidikan Karakter Bangsa, dalam kurikulum pendidikan di negeri kita tercinta, namun bagi penulis, penyebutan itu akan lebih baik menggunakan kalimat Pendidikan Tingkah Laku. Banyak pihak sangat yakin bahwa dalam waktu relatif singkat atau pendek, segera tercipta generasi baru penuh semangat, yang dapat membela negara, anti-korupsi, dan sejumlah karakter lain. Sedangkan kenyataannya hingga sekarang, banyak sekali usaha pendidikan karakter dari hasil pendidikan itu sendiri, namun tak sejalan dengan apa yang sudah disampaikan oleh pendidik. Oleh karena itu, dalam membangun negara, tidak bisa instan (segera), apalagi hanya sebatas nafsu semata.

Please follow and like us:
error56
fb-share-icon0
Tweet 5

ditulis oleh

golagong

Duta Baca Indonesia 2021-2025 - Penulis 125 buku - Motivator Menulis - Pendiri Rumah Dunia