Muhammad Subhan
Yang Berpuasa
Ada thuma’ninah
dalam shalat
ada sabar dalam hidup.
Ada Ramadhan dalam setahun
datang mengajak berthuma’ninah
memberi ruang jeda bagi tubuh,
pikir, dan hati, agar sempurna mutmainnah
—jiwa yang mendapat ketenangan.
Jika tenang, tak ada lagi keraguan,
kekhawatiran, ketakutan.
Yang tumbuh di mata
di sepanjang perjalanan
hanya cinta.
Dan, sesungguhnya hidup
pada lahir mencari kawan,
pada batin mencari Tuhan.
Padang Panjang, 2024
Muhammad Subhan
Yang Berbuka
indah sekali
berumah di tengah sawah
di kampung yang permai
di saat pagi dan senja
burungburung menyapa
beranjak ke luar sarang
pulang membawa bekal di paruh
untuk disulang ke mulut anakanaknya
indah sekali
berumah di tengah sawah
di beranda duduk menunggu beduk berbunyi
mengulang kaji dan hafalan ayat pendek
sementara di dapur ibu menanak bubur
juga menu lainnya yang lezatlezat
indah sekali
berumah di tengah sawah
saat tiba berpuasa sebulan penuh
o, hati damai sungguh
Padang Panjang, 2024
Muhammad Subhan
Yang Sabar
hidup adalah puasa
dari sahur ke waktu berbuka.
di sepanjang hari menghitung detik
demi detik dalam segala suka dan duka
di hati di jiwa hanya zikir, doadoa, dan Dia.
Padang Panjang, 2024
Muhammad Subhan
Yang Pergi
setelah perjumpaan itu
kita tak lagi bertemu
hingga ramadan ke ramadan
beranjak ke sepanjang tahun
yang kutahu kau telah
memilih jalan paling pelik
tapi kau kata kausuka pilihan itu
sementara bagiku cukup doadoa
menjadi perantara segala ingat
lalu kita saling berpaling
untuk bersamasama pulang
ke bilik masingmasing
Padang Panjang, 2024
Muhammad Subhan
Yang Menunggu
: Gazza
Yang menunggu hari kemenangan, tapi semu.
Sementara di sepanjang Ramadan, perutperut
anakanak Gaza terikat batubatu, menahan perih
lapar dari sahur ke sahur kembali, dan harihari
yang sama terulang lagi seperti manusia zombie.
Hidup di antara hirukpikuk ketidakpastian.
Di udara, pelurupeluru mortir dan rudalrudal
Zionis tiada henti membawa kabar kematian.
Aku mengusap air mata perih di negeri jauh ini
yang tak dapat berbuat apaapa, bahkan hanya
untuk mengantarkan sepiring bubur buatan ibu
atau sekotak kurma yang dibeli ayah agar senyum
mereka dapat kembali semringah; perut kosong
terganjal lagi. Tapi tangan, kaki, mulutku tersekat.
Hanya doadoa kujadikan peluru, kulangitkan
siang malam, agar tanah Gaza dibebaskan, dan
pelurupeluru itu menjadi perisai tak memberi luka.
Malaikatmalaikat datang menghidangkan makanan
menjelmakan tamantaman cahaya di balik puingpuing
gedung yang rekah tiangtiang dan dindingdindingnya
—merumahkan cinta.
Padang Panjang, 2024