
Pada 2015 saya diundang sebuah yayasan pendidikan di Taiwan, yang mengurusi para TKW. Mereka bisa mengambil paket B dan C untuk penyesuaian. Bahkan bisa juga kuliah di Universitas terbuka. Saya diundang untuk mengajari mereka menulis kisah inspiratif, yaitu suka-duka mereka sebagai care giver, yang merawat para manula.
Baca di sini: Bagaimana orang-orang menganalisis novel Gelisah Camar Terbang karya Gol A Gong

Tiga kali saya ke Taiwan. Saya bertemu dengan banyak TKW. Kadangkalau mengajari mereka menulis pukul 01.00 AM di McD atau KFC atau Starbuck setelah mereka selesai bekrja. Kadangkla saya harus meninggalkan kota Taipe naik kereta atau bus ke kota lain, mengajari satu atau dua orang sambil merawat majikan mereka. Kadang juga mendatangi taman-taman kota di Taipe saat mereka menjemur majikan yang duduk di kursi roda.


Sesekali saya diundang ke restoran tempat mereka bekerja di waktu istirahat. Saya mengajari mereka tips menulis yang prakis. Mereka sangat bersemangat, terutama ketika saya melayani mereka. Saya ingat pesan Bapak-Emak, “Kamu harus membantu orang-orang yang sedang menuntut ilmu.

Mereka iuran untuk membeli tiket pesawat, penginapan, dan tentu uang saku selama di Taiwan untuk makan-minum dan transportasi bus-kereta. Saya kadang menangis di penginapan ketika membayangkan ulang kisah hidup mereka.

Akhirnya realitas yang saya dengar dari mereka saya anggap bagian dari riset lapangan. Lalu saya bumbui dengan imajinasi (unsur intrinsik) dan tentu soap opera convention (cinta terlarang, sindrom cinderela, konflik dua keluarga, dan oedipus complex). Saya beri judul Gelisah Camar Terbang. Judul awal Taiwan Affair. Melodrama- cinta terlarang antara pelayan restoran asal Cirebon dan mahasiswa ningrat Yogyakarata yang sedang S2. Lokasinya di Taipe. Alhamdulillah, Gramedia menerbitkannya.


