Oleh: Zaeni Boli

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tak bisa lepas dari interaksi dengan kecerdasan buatan. Sedikit demi sedikit, ketergantungan terhadap kecerdasan buatan semakin meningkat. Hal ini bisa dianggap wajar karena dapat mempermudah pekerjaan dan membuat segalanya menjadi lebih cepat. Namun, di balik itu semua, kreativitas manusia tetap berada di atas kecerdasan buatan. Konon, dalam hal kreativitas dan makna, kecerdasan buatan masih belum mampu menyaingi manusia.

Selain itu, kecerdasan buatan masih memiliki keterbatasan dalam hal data, yang sering kali menyebabkan jawaban yang tidak akurat atau terkesan templatis. Di sinilah ketekunan dan rasa ingin tahu manusia diuji. Manusia harus mampu menggunakan AI secara bijak tanpa selalu bergantung padanya.

Bagi saya, kecerdasan buatan adalah alat atau senjata yang sangat berguna, tergantung pada penggunanya. Jika pengguna cerdas, maka hasil yang diperoleh akan sesuai dengan harapan. Sebaliknya, jika tidak digunakan dengan baik, hasilnya pun bisa kurang memuaskan.

Terlepas dari segala kecanggihannya, kecerdasan buatan ternyata belum sepenuhnya mampu menafsirkan makna dari karya seni manusia, seperti lukisan. Seorang seniman mungkin menggambarkan sebuah kota dengan tema tertentu, tetapi saat AI mencoba menafsirkannya, hasil interpretasinya bisa sangat berbeda dari maksud asli sang pelukis.

Sebagai bagian dari kemajuan zaman, penggunaan AI sah-sah saja. Namun, manusia tetap harus bijak dan teliti dalam menggunakannya.

Please follow and like us:
error69
fb-share-icon0
Tweet 5