Puisi Gol A Gong
TEMBANG LEMBANG

Duduk di teras Dulang Resort
Lembang menggigit
kulihat Bandung bergegas
mematikan lampu
berkejaran dengan lenguh sapi
kuncup bakung
segar tanah merah
bukit dan dinding beton

Kucari-cari petani
di ladang sayuran
pagi masih sendirian

Tibatiba langit di kiriku
menyala
tubuhku berupa bayangan
di lantai kayu
membentur ke mushola
di atapnya tertulis
: Alun-alun Kutoharjo, Juni 1877

Aku tahu
berjuta orang sudah bersujud
di dalamnya
mengetuki pintu rumahmu

Aku masih duduk
di teras Dulang Resort
membaca-Mu lewat puisi
Bandung terhampar
dipayungi asap
berkilauan
Kau menyalakan lampu

Di belakangku
Tangkuban Perahu terbangun

*) Lembang, 1 Des 2013

Puisi Tembang Lembang karya Gol A Gong menghadirkan suasana Lembang yang dingin, penuh ketenangan, dan sarat makna spiritual. Berikut beberapa hal yang bisa kita cermati dari puisi ini:

1. Nuansa Alam dan Kota

  • Penggambaran Lembang dengan “lenguh sapi,” “kuncup bakung,” dan “segar tanah merah” menciptakan kesan pedesaan yang asri.
  • Sementara itu, “Bandung bergegas mematikan lampu” menunjukkan kontras antara kesibukan kota dan ketenangan desa.

2. Perenungan Spiritual

  • Penggunaan mushola sebagai simbol ibadah dan sejarah (Alun-alun Kutoharjo, Juni 1877) menunjukkan refleksi tentang kehidupan dan keberadaan Tuhan.
  • “Aku membaca-Mu lewat puisi” menegaskan pencarian makna ketuhanan melalui seni dan renungan.

3. Perpaduan Waktu dan Ruang

  • Puisi ini terasa seperti perjalanan waktu, di mana penyair duduk di masa kini tetapi terseret ke masa lalu melalui mushola yang telah menjadi saksi sejarah.
  • “Tangkuban Perahu terbangun” di akhir puisi seolah menggambarkan alam yang selalu hidup dan ikut menyaksikan perjalanan manusia.

Puisi ini memadukan lanskap alam, kehidupan urban, sejarah, dan pencarian spiritual dengan gaya bahasa yang puitis dan reflektif. Membaca puisi ini seakan mengajak kita merenungi kehidupan, alam, dan hubungan dengan Sang Pencipta.

REDAKSI: Tim Redaksi golagongkreatif.com sengaja berdialog dengan ChatGPT tentang puisi-puisi Gol A Gong. Kita akan melihat sejauh mana kecedasan buatan ini merespon puisi-puisi Gol A Gong. Supaya tidak salah paham, puisi-puisinya ditulis asli oleh Gol A Gong. Kebanyakan puisi-puisi lama. Semoga metode adaptasi dengan kecerdasan buatan ini membuka wawasan berpikir kita tentang isi hati penyair. Selebihnya, kita tertawa bahagia saja, ya.

Please follow and like us:
error70
fb-share-icon0
Tweet 5