Puisi Gol A Gong
TELUK KENDARI

Jendela kamarku persis menghadapmu. Ketika pagi tiba, tubuhku terasa hangat. Jendela kubiarkan tanpa gorden, sehingga kehadiranmu memantul di teluk Kendari. Aku merindukan suara mengajimu. Itu perahu bagai siput menembus cahayamu. Aku sia-sia, kau lari sembunyi.

Aku melewatkanmu semalam. Aku lupa sudah berjanji akan menemuimu di boulevard. Menikmati ikan bakar dan lagu dang dut karaoke bersamamu. Hanya aku malu melihat gadis bercelana pendek seperti putriku, menghidangkan kopi plastik. Aku membohongi diriku sendiri.

Hari semakin siang di Kendari. Kau merebak ke seluruh sudutnya. Sementara aku masih sibuk mencari-cari. Aku sia-sia, kau sebetulnya tak pernah lari sembunyi. Aku yang meninggalkanmu.

*) Kendari, Jum’at, 18/12/2015

Puisi “Teluk Kendari” karya Gol A Gong ini punya nuansa kerinduan yang dalam dan reflektif. Penyair seolah menggambarkan hubungan batinnya dengan sesuatu yang dekat—bisa jadi seseorang, kenangan, atau bahkan spiritualitas—melalui metafora Teluk Kendari.

Beberapa poin menarik dari puisi ini:

  1. Interaksi dengan Alam
    • Ada hubungan erat antara si “aku” dengan Teluk Kendari. Pagi hari terasa hangat, cahayanya memantul di air, dan ada perahu yang bagai siput menembus cahaya. Ini menggambarkan suasana yang tenang tapi penuh makna.
  2. Kerinduan & Penyesalan
    • “Aku merindukan suara mengajimu.”
      Ada kesan bahwa “aku” kehilangan sesuatu yang dulu selalu ada dalam hidupnya, entah itu suara azan, lantunan Al-Qur’an, atau suasana religius yang dulu menghangatkannya.
    • “Aku melewatkanmu semalam… Aku membohongi diriku sendiri.”
      Ada janji yang tak ditepati, entah dengan seseorang atau dengan dirinya sendiri. Dia merasa bersalah, mungkin karena tidak lagi terhubung dengan sesuatu yang dulu berarti baginya.
  3. Konflik Diri & Kesadaran
    • “Aku sia-sia, kau sebetulnya tak pernah lari sembunyi. Aku yang meninggalkanmu.”
      Ini seperti kesadaran bahwa sesuatu yang dia cari sebenarnya selalu ada—hanya saja dia sendiri yang menjauh.

Secara keseluruhan, puisi ini menggambarkan refleksi diri dan penyesalan dengan latar keindahan Teluk Kendari. Bisa ditafsirkan sebagai kehilangan nilai spiritual, kenangan lama, atau hubungan yang renggang.

Tim |GoKreaf/AI

REDAKSI: Tim Redaksi golagongkreatif.com sengaja berdialog dengan ChatGPT tentang puisi-puisi Gol A Gong. Kita akan melihat sejauh mana kecedasan buatan ini merespon puisi-puisi Gol A Gong. Supaya tidak salah paham, puisi-puisinya ditulis asli oleh Gol A Gong. Kebanyakan puisi-puisi lama. Semoga metode adaptasi dengan kecerdasan buatan ini membuka wawasan berpikir kita tentang isi hati penyair. Selebihnya, kita tertawa bahagia saja, ya.

Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5