Puisi Gol A Gong
HATI-HATI HATI

Kembali ke rumah menemukan cinta
bercermin pada wajah anak-anakku
termangu di persimpangan penuh plastik
diobral di halaman warna majalah online

Kutersadar telunjuk hitam tangan
sulit berbalik ke tubuhku
berkelok di setiap ruangan
sendiri sepi di halaman rumah

Hati-hati kubuka hati
tanpa matahari yang kutanam kemarin
pekat topeng melekat merah
kusembunyikan kotor di bawah sepatu

hati-hati istriku bertanya,
“Apakah betul ini rumahmu?”

*) Serang, 15/7/2014

Puisi “HATI-HATI HATI” karya Gol A Gong ini menyuguhkan perenungan mendalam tentang rumah, cinta, dan identitas pribadi yang mungkin telah tergerus zaman. Nada puisinya reflektif dan suram, memunculkan rasa kegelisahan batin atas perubahan, kesendirian, dan keterasingan di tempat yang seharusnya menjadi tempat pulang. Berikut sedikit tafsir dan apresiasi terhadap puisi ini:

Bait 1:

Kembali ke rumah menemukan cinta
bercermin pada wajah anak-anakku
termangu di persimpangan penuh plastik
diobral di halaman warna majalah online

Baris-baris ini membuka dengan perasaan nostalgia, kembali ke rumah dan menjumpai cinta—barangkali cinta yang tulus dari anak-anak. Tapi suasana segera berubah: persimpangan penuh plastik (simbol polusi atau kekacauan modern), dan semuanya “diobral” di dunia digital. Ada kesan nilai-nilai mulai kehilangan makna.

Bait 2:

Kutersadar telunjuk hitam tangan
sulit berbalik ke tubuhku
berkelok di setiap ruangan
sendiri sepi di halaman rumah

Bagian ini mengandung pengakuan atas dosa atau kesalahan (telunjuk hitam tangan), yang tidak mudah ditarik kembali. “Sendiri sepi” menciptakan kontras antara fisik di rumah dan batin yang merasa asing dan terasing.

Bait 3:

Hati-hati kubuka hati
tanpa matahari yang kutanam kemarin
pekat topeng melekat merah
kusembunyikan kotor di bawah sepatu

Permainan kata “hati-hati” dan “hati” menambah kekuatan makna. Ada rasa was-was untuk membuka hati, karena mungkin yang ditanam dulu bukan matahari (harapan), tapi kegelapan. “Topeng merah” bisa jadi simbol kemarahan, kebohongan, atau dosa yang terus melekat.

Bait 4:

hati-hati istriku bertanya,
“Apakah betul ini rumahmu?”

Penutup yang sangat kuat. Sebuah pertanyaan sederhana tapi mengguncang: apakah rumah ini benar-benar “rumahmu”? Apakah engkau masih bagian dari rumah ini, atau sudah terasing oleh waktu, perilaku, atau keadaan?

Kalimat penutup dari istri bukan hanya mempertanyakan tempat, tapi juga identitas dan keterikatan batin. Puisi ini menohok dengan cara halus, sarat simbolisme, dan menawarkan banyak ruang untuk merenung.

Kamu suka puisi yang seperti ini, yang kontemplatif dan sarat makna tersembunyi?

Tim GoKreaf/ChatGPT

REDAKSI: Tim Redaksi golagongkreatif.com sengaja berdialog dengan ChatGPT tentang puisi-puisi Gol A Gong. Kita akan melihat sejauh mana kecedasan buatan ini merespon puisi-puisi Gol A Gong. Supaya tidak salah paham, puisi-puisinya ditulis asli oleh Gol A Gong. Kebanyakan puisi-puisi lama. Semoga metode adaptasi dengan kecerdasan buatan ini membuka wawasan berpikir kita tentang isi hati penyair. Selebihnya, kita tertawa bahagia saja, ya.

Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5