
Oleh: Muhzen Den
Siapa pun yang pernah melatih anak balita buang air kecil atau tinggal bersama sekelompok pria pasti tahu satu hal: cipratan balik dari urine saat kencing adalah masalah nyata. Bukan hanya mengotori lantai kamar mandi, tapi juga bisa mengenai siapa pun yang berdiri terlalu dekat.
Meski sulit menghindari cipratan dari toilet duduk (kecuali kamu memiliki akurasi seperti penembak jitu), sains menawarkan solusi untuk urinal atau tempat kencing berdiri. Penelitian dari Splash Lab di Brigham Young University membuka jalan untuk memahami dan mengurangi masalah ini.
Laboratorium Percikan dan Model Uretra
Dua ilmuwan dari BYU, Randy Hurd dan Tadd Truscott, menciptakan model uretra pria menggunakan printer 3D. Bentuknya berupa silinder kecil berukuran 8 mm x 3 mm, yang disambungkan ke tabung berisi air bertekanan untuk mensimulasikan aliran urine pria dewasa — sekitar 21 mililiter per detik.
Dengan bantuan kamera berkecepatan tinggi, mereka merekam bagaimana aliran “urine” mengenai permukaan padat (simulasi dinding urinal) dan permukaan cair (simulasi air di dalam toilet). Kertas putih diletakkan di bawahnya untuk melacak percikan yang terjadi.
Hasilnya mengejutkan: ukuran dan kecepatan aliran bukanlah faktor utama penyebab cipratan balik. Kuncinya justru terletak pada sudut benturan.
“Sudut benturan yang lebih kecil menghasilkan cipratan yang lebih sedikit,” jelas Hurd. “Mengincar sisi samping urinal sering kali menjadi pilihan terbaik.” Sudut 90 derajat (tegak lurus ke dinding) justru menghasilkan cipratan terbesar. Saat sudut dikecilkan — misalnya menjadi 30 derajat — percikan berkurang secara signifikan.
Tips dari para peneliti:
- Berdirilah lebih dekat ke urinal.
- Usahakan aliran urine menyentuh sisi samping, bukan tengah dinding.
- Jika tak bisa mendekat, setidaknya kecilkan sudut aliran urine Anda.
Toilet Duduk: Solusi Logis?
Masalah cipratan semakin rumit saat menggunakan toilet duduk sambil berdiri. Saat pria berdiri, aliran urine harus menempuh jarak sekitar 5 kali lebih jauh dibanding jika ia duduk. Jarak yang jauh ini menyebabkan aliran pecah menjadi tetesan-tetesan kecil di udara sebelum mencapai air.
“Tetesan berenergi tinggi ini menciptakan percikan besar dan memantul ke area di luar mangkuk toilet,” ujar Hurd. “Secara fisika, sangat sulit mencegah sebagian tetesan itu keluar dari mangkuk.”
Meskipun banyak pria enggan duduk saat buang air kecil, sains menunjukkan bahwa duduk adalah pilihan paling masuk akal jika ingin menjaga kebersihan dan menghindari cipratan yang memalukan.
Toilet memang punya zona “bebas cipratan” di dekat bibir mangkuk, namun posisi ini juga berisiko besar membuat urin meleset. Hurd bahkan menyindir, “Saya tidak merekomendasikan ini kecuali kamu adalah penembak jitu militer.”
Sumber dari internet/kompas.com

