
Oleh: Justicia
Siapa sih yang nggak kenal TikTok? Dari anak sekolah sampai orang tua, semua generasi pernah main atau setidaknya nonton kontennya. Platform media sosial satu ini meraih popularitas pertamanya ketika masa pandemi, dan semakin berkembang hingga saat ini. TikTok tidak lagi hanya sekadar platform media sosial, namun juga secara resmi menjadi platform jualan.
Konten siaran langsung di TikTok dijadikan sebagai kesempatan berdagang secara langsung karena dapat berkomunikasi secara online dengan para penonton, pembeli, ataupun calon pembeli. Konsep jual-beli pun menjadi lebih menarik.
Akses kemudahan belanja ini tentunya memberikan dampak negatif—yakni menjadikan orang-orang lebih mudah terkena virus impulsive buying.
Apa sih impulsive buying itu?
Impulsive buying atau belanja impulsif itu adalah belanja sembrono. Alias belanja barang yang tidak diperlukan, tidak dibutuhkan, atau tidak direncanakan. Tindakan ini tidak baik karena hanya buang-buang uang, dan pada akhirnya, barang yang dibeli sering kali tidak terpakai atau tidak bermanfaat.
Konsep dagang di TikTok tidak hanya melalui siaran langsung, namun juga lewat affiliate. Bentuk kerja sama afiliasi ini memungkinkan siapa saja—bukan hanya influencer—membantu memasarkan suatu produk dengan menyisipkan tautan belanja di video TikTok mereka.
Mereka akan mendapat honor dari total pembelian melalui tautan tersebut. Akibatnya, konten dagang menjamur di TikTok, dan setiap konten berlomba-lomba menjadi “racun” bagi para penontonnya.
Racun Tiktok
“Racun TikTok” adalah istilah yang digunakan oleh para TikTokers untuk merujuk pada produk trending yang menarik perhatian publik dan banyak diulas. Tentunya, fenomena “Racun TikTok” ini memengaruhi keputusan orang dalam berbelanja.
Penyampaian yang menarik, ulasan dari banyak orang, dan harga murah menjadi alasan seseorang membeli tanpa pikir panjang—apakah produk tersebut sesuai kebutuhannya atau tidak.
Intensitas paparan media sosial sebenarnya bisa kita kendalikan agar tetap memiliki kontrol atas diri sendiri. Dalam hal ini, penting untuk mengatur keuangan agar bisa lebih bijak dalam membelanjakan uang, serta hanya membeli barang yang benar-benar diperlukan.
Berpikirlah panjang dan matang sebelum membeli suatu produk, dan belajarlah melepaskan diri dari belenggu racun TikTok yang hanya akan mengarah pada belanja impulsif dan keborosan. Lebih bijaklah dalam mengonsumsi konten di media sosial, dan perbanyak komunikasi dengan lingkungan sekitar.

