
Secara etimologis, dalam bahasa Inggris seni peran berasal dari kata to act, yang berarti berbuat, bertindak, atau melakukan sesuatu seolah-olah di luar dirinya—menjadi orang lain.
Belajar seni peran memang diminati banyak orang, namun tak semua mampu menekuninya. Maka, jika banyak yang memulai di awal, hanya sedikit yang bertahan di akhir. Sesungguhnya, dalam kehidupan sehari-hari, seseorang bisa saja sedang berakting saat berinteraksi dengan orang lain, meskipun belum tentu ia benar-benar mampu bermain seni peran secara sadar dan terampil.
Dalam mempelajari seni peran, dibutuhkan beberapa hal penting, di antaranya:
- Kerja keras. Tanpa kerja keras dan kesungguhan, sebuah pertunjukan drama yang ideal tidak akan terwujud.
- Kemampuan sutradara memilih pemain. Pemilihan aktor yang tepat penting agar tidak terjadi miscasting (kesalahan peran), yang bisa menyebabkan akting berlebihan atau di bawah standar.
- Wawasan luas dan keterampilan bergaul. Wawasan yang luas akan memperkaya pengalaman aktor dan membantu menciptakan akting yang prima.
- Keberanian untuk mencoba dan gagal. Tanpa keberanian, tidak akan ada kemajuan. Latihan yang berulang sangat penting untuk mencapai kualitas akting yang baik.
- Percaya diri. Tanpa kepercayaan diri, akting yang meyakinkan tidak akan mungkin terwujud.
Demikian beberapa tips bagi yang ingin belajar seni peran. Proses ini memerlukan pengulangan. Bermain seni peran adalah kecakapan menghidupkan kata di atas panggung—kemampuan yang tidak dimiliki semua orang.
Dalam kehidupan sehari-hari, atau dalam kelas, seni peran membantu peserta didik meningkatkan keterampilan berbahasa dan keberanian dalam berbicara. Bila diseriusi, seni peran juga dapat meningkatkan kemampuan public speaking anak. Ya, seni peran adalah seni menghidupkan kata—membuatnya memiliki rasa.
Kata yang sama bisa terasa sangat berbeda, tergantung siapa yang mengucapkannya dan dengan emosi seperti apa. Contoh sederhana: kata “5M”. Bayangkan jika yang mengucapkannya adalah orang kaya, dan bandingkan dengan saat diucapkan oleh orang miskin. Meski katanya sama, nuansa rasanya berbeda. Atau ungkapan “Aku cinta kamu.” Bila diucapkan dengan sedih, hasilnya akan berbeda dibandingkan saat diucapkan dengan marah.
Lewat hal-hal sederhana itu, silakan mencoba menghidupkan kata. Bermain seni peran adalah permainan edukatif yang menyenangkan dan seru—bisa dipraktikkan dalam kelas, terutama di mata pelajaran Seni Budaya.

