Dari 127 naskah cerita anak Bahasa Sunda yang masuk, saya menyeleksi dan lolos 64 naskah. Ada 2 juri lagi – Saya sebagai penyeleksi naskah Sunda Banten bersama 2 juri lainnya dari Kantor Bahasa Banten – Nanda Ghaida dan Nurul Lia – yang juga menyortir dengan jumlah yang sama. Nanti kami akan menggabungkan dan memeras lagi hingga terpilih 34 naskah pilihan.

Menurut Ketua Pelaksana, Anitawati Bachtiar, “Total naskah yang masuk sebanyak 260 dari 203 peserta, berarti ada 1 penulis mengirimkan 2 hingga 3 naskah. Total naskah Sunda Banten 124, Betawi 31, dan Jawa Banten 71. Juri dari luar untuk Sunda Gol A Gong dan Jawa Banten Toto ST Radik.”

Ketika saya membaca naskah cerita anak dalam Bahasa Sunda ini, temanya beragam. Ada kuliner, fantasi, seni tradisi seperti silat, science, lingkungan, matematika, pengembangan diri, toleransi, pariwisata, dan permainan tradisional. Tema yang mengangkat Baduy lumayan banyak. Sayang tema yang menarik itu sekitar 75% tidak dibungkus dengan alur cerita yang memiliki konflik kuat sehingga kesannya tempelan.

Saya, Nanda, dan Nurul pada Rabu 5 Juni 2025, mulai pukul -09.00 – 13.00 WIB memeras 64 naskah yang lolos seleksi jadi 34 naskah di Kantor Bahasa Banten, Tegal Duren, Kota Serang. Dari 34 naskah Bahasa Sunda Banten pilihan itu. kami mengelompokkannya jadi 3 bagian. Bagian pertama, penulis naskah ini memahami juknis lomba, sudah paham tentang tema cerita anak yang mengacu ke unsur intrinsik. Alur ceritanya menarik dengan konflik, karakter tokoh yang kuat, lokasi di Banten, warna lokal yang tidak tempelan, dan akhir cerita yang jadi solusi atau goal para tokohnya.

Kedua, alur ceritanya menarik tapi konfliknya kurang. Di sini ada juga yang dalam 1 halaman bisa lebih dari 2 paragraf, bahkan ada yang 1 paragraf. Juknis mengharuskan 2 paragraf. Ada juga tokoh tuna wicara, tapi di naskahnya jutsru bicara. Terlalu banyak dialog juga ada dan dipecah-pecah jadi per-bab. Tapi nanti harus ada pengembangan paragraf dan memperbaiki di beberapa bagian.

Sisanya lumayan banyak, masih terkesan definisi-definisi, sehingga alur cerita terjebak pada ceramah para tokoh, menjelaskan, bukan menunjukkannya lewat cerita. Karakter tokoh dan konfliknya juga kurang menggigit. Lebih pada definisi sehingga cerita tidak bergerak. Anak-anak itu butuh cerita yang bergerak karena imajinasi mereka dalam menyusun cerita menjadi gambar-gambar film di benaknya sangat kuat.

”Nanti akan ada bimtek di Kantor Bahasa Banten, sekitar Juli untuk membuat naskah finalnya,” tambah Anitawati. ”Para peserta yang menang ini adalah aset Banten. Maka dalam menulis alur ceritanya harus dikuatkan.”

Dalam soal Bahasa Sunda Banten, karena belum ada kamus resmi, para penulis menggunakan Bahasa Sunda Banten yang diucapkan dalam keseharian, juga memang berasal dan terpengaruh dari Sunda Parahiyangan. Itu justru jadi menarik dan jadi kekuatan Sunda Banten.

”Nanti akan ada penyelaras Bahasa Sunda dan Jawa Banten juga Betawi,” Anita menjelaskan. Saya setuju sekali karena ke-64 penulis terpilih ini memiliki harapan cerah dalam dunia kepenulisan cerita anak di Banten bahkan Indonesia. Kita harus terus saling berdiskusi dan berbagi pengalaman untuk meningkatkan kualitas.

Sekitar pukul 13.00, rapat para juri untuk memilih para pemenang selesai sudah. Naskah Sunda Banten terpilih 34, Jawa Banten 20, Betawi 10. Saya cukup terkesan dengan Gedung Kantor Bahasa Banten. Besar, megah, dan mewah. Ruang meeting juri tadi juga nyaman, dingin ber-AC, dan lega.

Selamat kepada para pemenang.

Tetap semangat
Serang 5 Juni 2025

Gol A Gong
Duta Baca Indonesia 2021-2025
Membaca Itu Sehat, Menulis Itu Hebat

Please follow and like us:
error70
fb-share-icon0
Tweet 5