
Puisi Esai Gen Z Karya Aji Jakaria – Program Studi Seni Teater, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung
(Pada awal tahun 2025, seorang siswi SMA di Banjarbaru mengakhiri hidupnya. Sang ibu, Sari,
mengungkapkan bahwa anaknya adalah korban bullying yang tak tertahankan. Tragedi ini
membuka luka besar tentang kekejaman perundungan di sekolah dan ketidakpedulian sistem
sosial.)

oOo
Sari berdiri di depan pintu kamar,
Mata merah, tangan gemetar,
Seragam putih abu-abu tergantung bisu,
Tanpa pemilik, tanpa kehidupan.
Suara menggelegar, memecah hening,
“Di mana tangan yang seharusnya merangkul?
Di mana hati yang seharusnya menghangatkan?
Mengapa tawa menjadi pisau?”
Di lorong sekolah, suara berbisik,
Bibir melengkung dalam ejekan,
“Lemah!”, “Bodoh!”, “Tak layak!”
Setiap kata menusuk lebih tajam dari belati.
Langkah kecil bergetar di lantai dingin,
Tak ada tempat untuk berlari,
Tak ada wajah yang benar-benar peduli,
Hanya bisik-bisik, hanya tawa yang membakar.
Sari menatap langit kelam,
Anaknya menangis dalam diam,
Menelan pilu tanpa bicara,
Sementara gelak tawa mengiringi luka.
Sari menggenggam seragam itu,
Dada menggelegak dengan amarah,
“Siapa yang berani menyentuhnya?
Siapa yang merenggut cahayanya?”
Teriaknya menusuk lorong sunyi,
Tangan mengepal, mata menyala,
Dunia seakan ikut bergetar,
Menyaksikan ibu yang kehilangan dunianya.
“Tak satu pun dari kalian peduli!
Bersorak saat ia tenggelam,
Menutup mata saat ia memohon,
Tertawa saat ia tersiksa.”
Di tengah jalan, bayangan tertunduk,
Mata-mata menghindari tatapan,
Diam yang mengakar,
Luka yang tumbuh tanpa suara.
Di sudut bangku kosong,
Kenangan terhimpit dalam sunyi,
Semua berlalu seperti angin,
Tapi jejak luka tetap mengakar.
Ranjang itu kini dingin,
Tak lagi dihiasi gelak tawa,
Hanya selimut yang merangkul sepi,
Dan ibu yang kehilangan makna waktu.
Kemarahan merayap dalam dada,
Seperti api yang tak kunjung padam,
Membakar kepiluan, menghanguskan harapan,
Menyisakan abu-abu kenangan.
Sari mengguncang dunia yang membisu,
Mata-mata takut, bibir gemetar,
Namun tak ada jawaban,
Hanya sunyi yang kembali menyelimuti.
Hari berganti, nama memudar,
Namun suara di lorong tak benar-benar hilang,
Bisikan masih bergaung di antara dinding,
Tertawa di balik punggung yang tertunduk.
Ada tangan yang tak lagi menggenggam,
Ada suara yang tak lagi berbicara,
Ada langkah yang tak lagi terdengar,
Hilang di antara kebisuan yang merajalela.
Sari berdiri, memandang cermin retak,
Wajah yang dulu penuh cahaya,
Kini hanya bayang kehilangan,
Tertinggal dalam luka yang tak sembuh.
Tak ada pelukan yang bisa mengembalikan,
Tak ada kata yang bisa menyembuhkan,
Hanya kesunyian yang menjadi saksi,
Tentang kepergian yang tak pernah diundang.
Namun bayangan itu masih ada,
Di koridor yang pernah menyakitinya,
Di sudut kelas yang menyimpan tangisnya,
Di lembar buku yang tak sempat ia isi.
Sekolah tetap berdiri megah,
Ruang kelas tetap dipenuhi tawa,
Namun di balik semua itu,
Ada cerita yang tak akan hilang.
*) Bandung, 9 Februari 2025
oOo

Catatan kaki:
https://banjarmasin.tribunnews.com/2025/02/05/ibu-pelajar-sma-banjarbaru-yang-gantung-diri-sebut-anaknya-korban-bullying-tagar-dukungan-menggema
https://radarbanjarmasin.jawapos.com/hukum-peristiwa/1975607202/diduga-alami-ini-pelajar-sma-di-banjarbaru-tewas-gantung-diri-berikut-keterangan-dari-kepolisian
oOo


TENTANG PENULIS: Aji Jakaria, lahir di Bandung pada tanggal 3 Januari 2003. Saat ini, saya sedang menempuh pendidikan di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, mengambil Program Studi Seni Teater. Dunia teater telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup saya, di mana saya belajar untuk mengekspresikan diri melalui seni pertunjukan dan memahami dinamika emosi manusia.
Selain sebagai mahasiswa, saya juga aktif sebagai pelatih pencak silat. Pencak silat bagi saya bukan hanya olahraga, tetapi juga bagian dari tradisi dan warisan budaya yang saya junjung tinggi. Mengajarkan pencak silat memberi saya kesempatan untuk berbagi nilai-nilai disiplin, keberanian, dan ketekunan kepada generasi muda.
Tidak hanya di bidang seni dan olahraga, saya juga memiliki keahlian dalam desain grafis. Kreativitas saya terwujud dalam bentuk visual, di mana saya dapat menciptakan karya-karya yang menarik secara estetis dan fungsional. Keahlian ini sangat membantu dalam profesi saya sebagai Spesialis Media Sosial, di mana saya bertanggung jawab mengelola dan merancang konten yang efektif serta menarik untuk berbagai platform digital.
Dengan beragam keterampilan yang saya miliki—mulai dari seni pertunjukan, pencak silat, hingga desain grafis dan manajemen media sosial—saya percaya bahwa saya mampu terus berkembang dan berkontribusi dalam berbagai bidang. Saya selalu mencari kesempatan untuk belajar hal-hal baru, mengasah kemampuan, dan memberi dampak positif bagi lingkungan sekitar.


PUISI ESAI GEN Z: Puisi Esai Gen Baru ini puisi esai mini 500 kata khusus untuk Gen Z dan Gen Alpha. Disarankan tema-temanya yang relate seperti bully, mental health, patah hati, broken home, sex bebas, dan narkoba. Bagaimana kalau lingkungan, politik, atau kritik sosial ke penguasa? Boleh saja asalkan ada fakta dan sertakan link beritanya. Tuliskan 500 kata. Sertakan bionarasi maksimal 5 kalimat, 2 foto penulis dan 2 ilustrasi AI yang mendukung puisi esainya. Kirimkan ke golagongkreatif@gmail.com dengan subjek: Puisi Esai Gen Baru. Ada honorarium Rp 300 ribu dari Denny JA Foundation bagi yang puisi esainya tayang. Jangan lupa sertakan nomor rekening bank. Jika ingin membaca Puisi Esai Gen Z yang sudah tayang klik gambar di bawah ini:
