
Indonesia menjadi rumah bagi beragam suku dan kekayaan tradisi. Setiap daerah memiliki potensi lokalnya tersediri. Semua yang baik patut diapresiasi dan disyukuri. Kekayaan dan keindahan alam sewajarnya dilestarikan. Tapi rural dan urban juga punya tantangannya masing-masing. Setiap tempat menghasilkan perenungan.
Sebagai warga, ada yang terus membersamai kampung halamannya, ada juga yang berjalan merantau sembari tak lupa pulang. Sebagai manusia, sesungguhnya kita juga punya kampung halaman yang kan menjadi tujuan kepulangan.
Zaki Ef

oOo
Zaki Ef
Sindang Kasih Sugih Mukti
Mungkin bagimu
Majalengka hanyalah
arah yang dilewati sepintas lalu
nama yang dikenali sebatas lupa
Tapi bagiku ialah
Rumah lahir dan tumbuh
Destinasi yang dituju
saat libur dan rindu
Ruang kecil menemu
yang disayang qalbu
Titik anjangsana
juga ziarah ke astana
Ciremai yang menjulang
Curug yang mengalirkan
Arus yang menegangkan
Situ yang menentramkan
Angin yang selalu sedia
Kenang yang begitu setia
yang menyimpan rasa dan cerita
yang menyampaikan asa dan berita
Memandang gugusan terang malam gulita
mengerlingkan sinar kepada bulir-bulir doa
Melihat matahari terbit kala pagi tiba
memandikan hamparan hijau alam raya
Mengangkot ke alun-alun dan pasar sederhana
Menyantap hampas, katel, dan rengginang
Menggigit mangga, semangka dan durian
Mencicip emping, kalua, duwet diam-diam
Mencari awug, tutut, s’rabi, jalakotek di grobakan
Majalengka apa adanya
Seperti kotamu juga
Singgahlah bersama kasihmu
Merangkai kisah tanpa jemu
Seuntai kecil dari usia
Riwayat syukur hidup di dunia
oOo
Zaki Ef
Ini Jakarta
: kota yang pernah dimenangkan
Ini kota serupa kembang raksasa
bagi berjuta lebih lebah pekerja
saban hari minggu tahun pergi pulang
bawa kabar dan nektar ke sebar sarang
Ini kota peta kecil nusantara
Jarak nama kecil dan besar
Sabang Merauke pun cuma
beberapa kilo saja jauhnya
Ini kota serupa album perjuangan
Pejuang muda, pahlawan silam
sambung menyambung menjadi kenangan
Berjajar dalam nama gedung dan jalanan
Tapi pegimane menulis Jakarta yang Merah Putih
Apakah dengan menaik sang saka tinggi-tinggi?
Apakah dengan memekik merdeka berkali-kali?
Atau dengan menyesapi berani dan murni
dalam tentram hidup sehari-hari?
Ini kota yang pernah dihilangkan
kala dalem keraton dan masjid atap tumpang
dibakar habis kompeni seusai peperangan
Ini kota yang konon kan tenggelam
kala tanah hijau dan air dalam
dicukur habis korupsi lingkungan
Jadi pegimane menulis Jakarta yang Garuda
Dengan membesar sayap di punggung para petinggi?
Dengan mencakar akar rumput di pinggir kali?
Atau dengan mengungkap kata hati
tanpa takut bedil dan jeruji?
Maka inilah Jakarta
Ini kota bagi terabita cita-cita
yang menuhi tiap diri dan memori
Ini kota bagi nafas padi dan kapas
yang tumbuh lepas tra bisa ditumpas
Ini kota beribu maju bersama
yang tak melupa shaf kaum jelata
Ini Jakarta
Ini kota yang harus terus dimenangkan!
Juni 2019
oOo
Zaki Ef
Sritanjung
: Banyuwangi
Engkau mungkin adik bungsu
dari matari di timur sana yang setia
memahami segala dengan cakrawala
menebar tasbih alam raya
ke tengah sawah, kawah
menggebah rupa-rupa resah
mengakrabi air yang berani
jatuh di tengah hutan dan lembah
ketika pantai bagai ciuman basah
antara bibir laut yang menggelora
dan lidah tanah yang gelisah
menyimpan kisah dan rahasia
Engkau mungkin kakak sulung
dari matari di barat sana
yang tenggelam kelewat cepat
mengabarkan pasrah alam raya
kepada savana dan pohon-pohon tua
membiarkan biru api terang menyala
di tengah gelap puncak nan tinggi
seperti harapan yang diantarkan pasti
oOo

Zaki Ef
Ibukota Suatu Masa
Tubuh Jakarta sehari-hari
Lalu lintas serupa sistem sirkulasi
Ada lemak baik, ada lemak rugi
Ada kendaraan publik, ada kendaraan pribadi
Rumah Jakarta sehari-hari
Arena kota serupa kamar
Penat lelah di ruang kedua
Setara dan cerah di ruang ketiga
Samara terjaga di ruang pertama
Lembaran Jakarta sehari-hari
Pejabat serupa halaman buku
Ada yang kosong, ada yang mutu
Rakyat berdoa, rakyat membantu
Bayangan Jakarta sehari-hari
Harapan serupa sinar mentari
Pagi yang hangat dengan semangat
Siang yang terik oleh resah nasib
Senja yang pasrah akan akhir kisah
Sambil membaca-baca lembarannya sendiri
setubuh Jakarta dari rumah hendak pergi
seraya bertanya-tanya mengapa bayangan
tak benar-benar seperti yang ia bayangkan
oOo
Zaki Ef
Surat Sayu Saya Ini Adalah Bayang Sajak Sayang
: Palembang
kepada segala kisi
kisah yang terlempar
ke dasar Sungai Musi
kepada segala gurat
aksara yang terpatri
di besi sepanjang Ampera
kepada segala kenang
ra sa yang terselip
di balik hawa kota Palembang
aku ingin menyampaikan
salam perpisahan
yang sudah tertunda
sejak terakhir kali kapal
membelah jembatan
menjadi terbuka
akan kutitipkan
seluruh pilu dan rindu
kepada setiap kicau sumbang dan merdu
burung-burung yang bermusyawarah
ketika bertandang ragu
ke halaman rumahmu
ke jendela kamarmu
menyusupi mimpi-mimpimu
yang berakhir tanpa kehadiranku
akan kukembalikan
segala perih dan kasih
ke sela huruf-huruf jawi
dalam kitab-kitab Al-Falimbani
yang pernah kita sentuh tempo hari
biar tunai tersampaikanlah beribu
pesan jaulah nan jauhlah ke masa lalu
ketika cinta dan Maha Cinta asyik bertemu
dalam perjamuan ilmu nan begitu khusyu
oOo

TENTANG PENULIS: Zaki Ef Lahir di Majalengka, Jawa Barat, Maret 1985. Puisi-puisinya pernah terbit dalam sejumlah antologi bersama. Buku antologi puisi tunggalnya Tinta Itu Buta (2013) dan Dari Kata Mau Ke Ma(k)na (2018). Kini numpang tinggal di Jakarta.

PUISI MINGGU terbit setiap hari Minggu. Silakan mengirimkan 5 hingga 10 puisi tematik. Sertakan foto diri dan gambar atau foto ilustrasi untuk mempercantik puisi-puisinya. Tulis bio narasi dan pengantar singkat. Kirimkan ke email : gongtravelling@gmail.com. Ada uang pengganti pulsa Rp 300.000,- dari Denny JA Foundation. Sertakan nomor WA dan nomor rekening banknya. Jika ingin membaca puisi-puisinya yang sudah tayang, klik gambar di bawah ini:
